SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, akan memperluas area hutan mangrove untuk mengurangi dampak potensi gelombang tsunami di Selat Madura. Keberadaan hutan mangrove dinilai mampu menyelamatkan kawasan pesisir dari ancaman tsunami.
“Dari pengalaman kejadian tsunami di Phuket, Thailand, kawasan yang selamat dari tsunami dilindungi oleh tanaman mangrove,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Senin (7/1/2019) di Surabaya.
Oleh sebab itu, kawasan hutan mangrove di pantai timur Surabaya yang saat ini memiliki luas sekitar 200 hektar akan diperluas hingga 2.500 hektar. Selain menjadi penahan gelombang, kawasan tersebut menjadi pengembangan Kebun Raya Mangrove. “Jarak dari bibir pantai sudah sekitar satu kilometer ke arah daratan,” ujarnya.
Kawasan hutan mangrove di Surabaya tidak hanya berfungsi sebagai penahan gelombang tsunami, namun juga tempat tinggal flora dan fauna. Di wilayah ini, ada 26 spesies mangrove, antara lain Aegiceras corniculatum (L) Bianco, Avicennia lanata Ridley, Avicennia alba Blume, Acanthus ilicifolius L, dan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Selain itu, tempat ini menjadi rumah bagi 147 spesies satwa.
Risma menambahkan, kawasan yang tidak memiliki tanaman mangrove seperti di wilayah utara akan ditanami pohon cemara udang. Tanaman ini juga dinilai mampu mengurangi dampak gelombang tsunami sehingga dampaknya tidak sampai ke permukiman warga.
Adapun untuk antisipasi terjadinya gempa bumi, Pemkot Surabaya masih melakukan kajian mendalam untuk memetakan kawasan rawan. Mulai tahun ini, kajian dilakukan melalui penggalian lubang bor di daerah sekitar Sesar Surabaya dan Sesar Waru untuk mempelajari struktur tanah yang ada.
Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Amien Widodo, mengungkapkan, data yang diperoleh dari galian lubang bor ini akan digunakan untuk memetakan daerah rawan gempa dan potensi pergerakan tanah. Kajian ini diharapkan mampu melihat potensi amplifikasi, likuefakasi, serta daerah yang tidak rawan gempa.
Amien menuturkan, hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mendeteksi gempa bumi. Upaya-upaya yang bisa dilakukan adalah meminimalisir dampak gempa akibat kerusakan bangunan. “Gempa tidak membunuh, namun yang bisa menimbulkan korban jiwa adalah bangunan yang roboh akibat gempa,” katanya. (SYA)