SIGI, KOMPAS - Bantuan modal usaha kepada penyintas gempa bumi di Sulawesi Tengah mulai dikucurkan. Hal itu ditujukan untuk membantu para penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang kehilangan usaha akibat bencana pada 28 September 2018.
Pemerintah Kabupaten Sigi bekerja sama dengan Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP Sulteng) dan Yayasan Danamon Peduli memberikan bantuan modal berupa sarana produksi usaha kepada empat kelompok di Kecamatan Dolo Selatan dan Dolo Barat.
”Kami memberikan bantuan alat produksi kepada para ibu dengan basis usaha bahan baku lokal,” kata Ketua KPKP Sulteng Soraya Sultan di Sigi, Kabupaten Sigi, Jumat (28/12/2018).
Kelompok perempuan yang dibantu tersebut menghasilkan berbagai produk, seperti keripik pisang, minyak kelapa murni, dan dodol kelapa. Soraya menyatakan, para ibu itu selama ini memiliki usaha bersama, tetapi usahanya tidak lancar akibat bencana tiga bulan lalu.
Anggota kelompok perempuan tersebut bukan hanya penyintas yang sebelumnya memiliki usaha rumahan, melainkan juga mereka yang kehilangan pekerjaan. Banyak keluarga petani tak bisa lagi mengolah sawah atau kebun karena jaringan irigasi rusak.
Berdasarkan catatan Pusat Data dan Informasi Bencana Sulteng per 6 Desember 2018, korban meninggal akibat gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi pada 28 September di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong sebanyak 2.227 orang. Korban hilang 965 orang.
Kerugian material berupa rumah hilang 1.784 unit, rumah rusak berat 24.739 unit, rumah rusak sedang 18.892 unit, dan rumah rusak ringan 22.820 unit. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada 19 November, setidaknya 8.541 usaha kecil, mikro, menengah dan koperasi terdampak bencana.
Pemulihan ekonomi sosial
Soraya menyatakan, pihaknya berusaha menjangkau kelompok usaha para perempuan di 14 kecamatan di Sigi. Dalam waktu dekat, lembaga swadaya masyarakat itu menyerahkan bantuan modal usaha kepada kelompok di Kecamatan Lindu. Sebelumnya sudah tiga kelompok yang diberi modal usaha.
”Pada masa transisi ini, salah satu fokus adalah pemulihan ekonomi dan sosial penyintas. Bersama dengan donatur, kami mengambil bagian dalam upaya itu,” ujarnya.
Marlin (52), ketua kelompok usaha dodol di Desa Balumpewa, Kecamatan Dolo Barat, mengatakan, kelompoknya gembira menerima bantuan tersebut. Setelah gempa, usaha mereka tak berjalan maksimal karena para anggota banyak urusan. Anggota kelompok juga bertambah dari 14 orang menjadi 18 orang.
Anggota tambahan itu merupakan para ibu yang usahanya tak bisa dilanjutkan akibat gempa. Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng Hidayat Lamakarate, beberapa waktu lalu, mengatakan, pihaknya dengan bantuan berbagai lembaga swadaya masyarakat akan memberikan bantuan modal kepada penyintas yang pekerjaan atau usahanya hancur akibat gempa.(VDL)