SEMARANG, KOMPAS - Bupati Semarang Mundjirin meminta aparat desa-desa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, saling belajar dan mengadopsi program unggulan. Mereka juga diminta belajar terkait pengelolaan dana desa, yang dapat dimanfaatkan untuk menggarap potensi desa, demi menyejahterakan masyarakat.
Mundjirin mengatakan hal itu di sela-sela Festival Dana Desa Kabupaten Semarang, di GOR Wujil, Bergas, Kabupaten Semarang, Jateng, Kamis (27/12/2018). Ia mengatakan, potensi desa seperti kuliner, wisata, dan budaya harus terus dioptimalkan sehingga memiliki nilai lebih.
Menurutnya, melalui Festival Dana Desa, pemerintah desa tak hanya bisa bersilaturahmi, tetapi juga bertukar pikiran dan informasi. "Antardesa perlu berdiskusi tentang bagaimana menjadi desa yang unggul, sehingga desa tanbah maju, tertib, dan sejahtera," ujar Mundjirin.
Mundjirin menambahkan, dana desa, yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat merupakan satu hal yang bermanfaat. Namun, pengelolaannya harus benar-benar diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaannya pun mesti sesuai aturan.
Kepala Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Dimas Prayitno, selaku ketua panitia Festival Dana Desa Kabupaten Semarang 2018, mengatakan, keterbukaan pemerintah desa akan informasi publik, terutama Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), harus terus ditingkatkan.
Dimas menuturkan, pada 2019, desanya bakal mendapat Dana Desa sebesar Rp 897 juta, meningkat dari 2018, yakni Rp 818 juta. "Dana desa harus dimanfaatkan secara optimal. Jika sebelumnya fokus pada infrastruktur, pada 2019, pengembangan SDM akan ditingkatkan," ujarnya.
Berdasarkan pantauan, sejumlah stan di Festival Dana Desa Kabupaten Semarang 2018 menyajikan sejumlah keunggulan desa. Mulai dari kuliner, kebudayaan hingga wisata. Dengan pemanfaatan dana desa, mereka terus berkembang agar ada nilai lebih bagi masyarakat.
Kepala Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Ahmad Yani, mengemukakan, obyek wisata Bukit Cinta menjadi unggulan di wilayahnya karena menyajikan pemandangan alam Rawa Pening. Namun, dirinya pun mengembangkan potensi lain seperti pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, terdapat 35 desa wisata di daerah tersebut dan 80 persen di antaranya berbasis wisata alam. Karena itu, Pemkab Semarang pun mendorong desa-desa untuk tak hanya terfokus pada kegiatan alam, tetapi juga budaya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Dewi Pramuningsih mengatakan, desa wisata tak hanya mencari untung, tetapi melestarikan budaya dan kearifan lokal. ”Di Kalipucung, Desa Genting,misalnya. Pengunjung bisa ikut berlatih menari jaranan,” kata Dewi.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil Jateng, pada 2018, pemerintah pusat menggelontorkan dana desa Rp 6,7 triliun untuk 7.809 desa di Jateng. Angka itu meningkat dari 2017 yang Rp 6,3 triliun. Per desa mendapat sekitar Rp 800 juta.