Suplai Material Terkendala Hujan Lebat
Untuk memulihkan Jalan Raya Gubeng dibutuhkan suplai material pasir dan batu 400 truk per hari. Akibat hujan di Gunung Penanggungan, saat ini hanya 200 truk per hari.
SURABAYA, KOMPAS Hingga Minggu (23/12/2018) petang, pemulihan ruas Jalan Raya Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, yang ambles, Selasa lalu, sudah 40 persen. Pemulihan bisa lebih cepat jika suplai material uruk lebih lancar.
Pada hari ke-4 pemulihan jalan yang ambles, belasan alat berat masih melakukan pengurukan. Ratusan truk jungkit (dump truck) silih berganti menurunkan material pasir dan batu (sirtu) yang dibawa dari Mojokerto.
Tampak antrean truk mengular menunggu giliran untuk menurunkan muatan uruk. Hingga pukul 18.00, alat berat terus meratakan material setinggi 3 meter sepanjang sekitar 50 meter dari bibir ruas jalan yang ambles.
Pengurukan jalan ambles yang dilakukan dari sisi utara dan selatan mulai menunjukkan hasil. Lubang menganga berdimensi panjang 100 meter, lebar 25 meter, dan kedalaman 20 meter tidak terlihat. Ruas jalan yang putus kembali tersambung meski baru terisi tanah uruk. Alat berat mulai masuk untuk meratakan material sirtu.
”Jalan yang ambles sudah tersambung dengan material uruk. Senin (24/12/2018), mulai pekerjaan pemadatan tanah,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat ditemui di Jalan Raya Gubeng, Minggu pagi.
Jalan Raya Gubeng ambles pada Selasa sekitar pukul 21.30. Tanah ambles dengan didahului runtuhnya dinding penahan tanah di sisi timur proyek perluasan Rumah Sakit Siloam, Surabaya, yang dikerjakan PT NKE.
Proyek itu merupakan pembangunan basemen tiga lantai, sarana ritel, dan sarana kesehatan 26 lantai. Dinding penahan runtuh akibat retakan dan kegagalan ring pengunci bantalan baja (Kompas, 19/12).
Setelah pemadatan tanah uruk, tahap berikutnya adalah pemasangan turap baja. Itu akan dilakukan di sisi timur Jalan Raya Gubeng yang ambles, yakni di sisi Bank BNI dan toko tas Elizabeth. ”Pemasangan turap baja untuk penguatan dan pengamanan tanah di lokasi agar bangunan di sekitarnya tak longsor,” ujar Risma.
Dia menjelaskan, pemulihan salah satu ruas jalan protokol yang menghubungkan Surabaya timur ke pusat kota itu sudah mencapai 40 persen. Pemulihan bisa lebih cepat jika suplai sirtu lancar sesuai target 400 truk jungkit per hari.
Belum terpenuhi
Berdasarkan data yang dihimpun hingga Minggu pukul 14.30, material sirtu 14.200 meter kubik telah digunakan untuk pengurukan yang berasal dari sekitar 710 truk jungkit selama empat hari terakhir. Diperlukan sekitar 36.000 meter kubik sirtu setara dengan material dari 1.800 truk jungkit.
Pemkot Surabaya menargetkan ada 400 truk jungkit membawa material sirtu setiap hari. Namun, jumlah itu belum terpenuhi karena suplai kurang lancar. Setiap hari material sirtu yang masuk sekitar 200 truk.
”Hujan di lokasi pengambilan sirtu di Gunung Penanggungan mengakibatkan pengambilan material terhenti. Mereka hanya bisa bekerja saat cuaca cerah, padahal di Surabaya pengerjaan selama 24 jam tanpa henti,” ucap Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Surabaya Muhammad Fikser.
Dia memastikan alat berat yang ada di lokasi jalan ambles mencukupi. Lebih dari 30 ekskavator dan buldoser meratakan material sirtu yang dibawa truk jungkit.
Antrean truk pembawa material sirtu dipastikan tidak menunggu lama dan sirtu yang diturunkan segera diratakan ke area terdampak. ”Terlalu banyak alat berat akan menambah beban jalan dan membahayakan pekerja,” ucapnya.
Selain pemasangan turap baja, juga dilakukan pemadatan, pengaspalan, serta pemulihan jaringan instalasi air, listrik, gas, dan telepon, sebelum jalan itu dibuka lagi untuk umum.
Percepatan pemulihan ini perlu dilakukan agar dampak ekonomi dan sosial di sekitar jalan itu segera selesai. Jalan ini diapit deretan rumah mewah, kantor, sekolah, apartemen, hotel, restoran, toko, swalayan, dan rumah sakit.
Selama ditutup, mobilitas warga di salah satu jalan protokol ini ikut terganggu. Pengendara harus memutar melalui jalan lain jika menuju ke pusat kota. Omzet usaha kuliner di sekitar Jalan Raya Gubeng turun sekitar 50 persen meski tetap buka. (SYA/ETA)