PALU, KOMPAS — Pembangunan hunian sementara atau huntara untuk penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah mengalami sejumlah kendala. Di Kabupaten Donggala, kompleks huntara malah digenangi banjir karena pasang air laut atau rob.
Pasang air laut itu terjadi di kompleks huntara di Desa Lende, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala. Air menggenangi unit huntara hingga bagian kolongnya tak kelihatan. Huntara yang berjumlah 10 unit itu masih dalam proses pembangunan. Setiap huntara terdiri dari 12 bilik atau kamar.
Anggota Panitia Khusus Pengawasan Penanganan Bencana DPRD Sulteng, M Masykur, menyayangkan kondisi tersebut. ”Sepertinya huntara dibangun karena sedang kejar tayang. Tidak ada survei dan pertimbangan kondisi lapangan. Bagaimana mungkin huntara dibangun di lokasi yang jelas-jelas tenggelam akibat terjangan tsunami,” katanya di Palu, Senin (24/12/2018).
Desa Lende merupakan salah satu titik yang diterjang tsunami yang dipicu gempa pada 28 September lalu. Sebanyak 120 keluarga kehilangan rumah karena disapu tsunami. Sejak bencana itu, desa tersebut sering dilanda rob. Pemerintah saat ini membangun huntara untuk penyintas yang rumahnya rusak parah atau hilang.
Masykur menyatakan, sejak awal warga menyampaikan agar huntara tidak dibangun di lokasi tersebut. Hal itu karena sejak tsunami lalu daerah tersebut sering dilanda rob. ”Dengan kondisi seperti itu, warga akan enggan menempati huntara tersebut. Akhirnya, pembangunan huntara jadi mubazir,” ujarnya.
Menanggapi kondisi itu, Rudy dari Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulteng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengatakan, pihaknya berterima kasih atas informasi tersebut. Untuk mengatasi rob, pihaknya akan membangun talut di pinggir pantai.