Keamanan transportasi laut perlu mendapat perhatian lebih. Potensi terjadinya gelombang tinggi, kelebihan penumpang, dan sarana prasana keselamatan, perlu diantisipasi.
AMBON, KOMPAS Gelombang tinggi berpotensi melanda sejumlah perairan di Maluku selama mudik Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Demi keselamatan penumpang, otoritas pelabuhan, operator, dan calon penumpang diminta tidak memaksa berlayar di tengah kondisi itu.
Hingga Senin (17/12/2018) petang, angin kencang dan hujan melanda hampir keseluruhan Pulau Ambon. Kondisi itu diperkirakan bakal berlangsung hingga Selasa (18/12/2018) lantaran langit masih mendung dan dipenuhi awan tebal.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Mateorologi Pattimura Ambon, Rion S Salman, mengatakan, tekanan rendah di timur laut Australia menyebabkan angin kencang. Kecepatan angin itu mencapai 37 kilometer per jam, sehingga memicu gelombang tinggi terutama di Kabupaten Maluku Barat Daya dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Gelombang tinggi di perairan kedua daerah itu diperkirakan 2,5 meter. “Kondisi itu harus diperhatikan dengan baik mengingat dinamika perubahan cuaca sangat cepat. Kami akan terus memberikan informasi cuaca terbaru selama tiga hari ke depan. Informasi itu dapat diakses di situs BMKG. Kami juga akan mengirimkan informasi itu kepada pihak terkait,” kata dia.
Setiap libur Natal dan Tahun Baru, pemudik pengguna kapal di kedua kabupaten itu merupakan yang tertinggi. Pemudik akan menyinggahi pulau-pulau kecil menggunakan kapal perintis, kapal kayu, hingga perahu motor. Pulau-pulau kecil itu adalah Tanimbar, Babar, Letti, Kisar, Wetar, dan Pulau Lirang.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Maluku Angky Papilaja, mengatakan, kondisi cuaca buruk harus diperhatikan. Terkadang, calon penumpang memaksakan operator kapal untuk berangkat pada saat gelombang tinggi. "Kami berharap otoritas pelabuhan tegas dan mendahulukan keselamatan," ujarnya.
Tambahan kapal
Di Jayapura, PT Pelayaran Indonesia (Pelni) menyiapkan enam kapal Pelni dan dua kapal perintis untuk mengantisipasi lonjakan pemudik selama libur Natal dan Tahun Baru.
Kepala Bagian Administrasi dan Umum PT Pelni Cabang Jayapura Bambang Irawan, mengemukakan, arus mudik penumpang dari Pelabuhan Jayapura telah dimulai pada 10 dan 12 Desember 2018.
“Puncak arus mudik di Pelabuhan Jayapura diperkirakan terjadi pada 21 Desember. Kami telah berkoordinasi dengan petugas keamanan untuk mengantispasi kelebihan penumpang," kata dia.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan menghibahkan 94 kapal pelayaran rakyat kepada pemerintah daerah untuk mengantisipasi lonjakan penumpang pada Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Hibah itu diharapkan mampu melayani kebutuhan akses konektivitas di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
"Tahun lalu, kami menghibahkan 24 kapal pelayaran rakyat. Tahun ini kita tambah 94 kapal yang bisa memuat sekitar 35 penumpang. Kapal ini lengkap dengan peralatan keamanan seperti baju pelampung, perlengkapan navigasi, dan radio,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Wisnu Handoko Wisnu.
Sementara, untuk menghindari kenaikan harga bahan pokok, pengguna jasa kapal pelayaran rakyat memasok barang kebutuhan Natal dan Tahun Baru lebih awal. Data Operator Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, menunjukkan, per September 2018, total muatan kapal layar motor (KLM) itu sebanyak 37.796 ton per meter kubik. Jumlah itu menurun menjadi 31. 669 ton per meter kubik pada Oktober dan 30.220 ton pada November 2018.
“Pengguna jasa kapal mau menghindari kenaikan harga barang di momen Natal dan Tahun baru ini. Mereka menyiapkan stok dagangan jauh-jauh hari sebelum Natal," ujar Asisten Deputi General Manager Komersial dan Properti PT Pelabuhan Indonesia II Achmad Fitriantoro.