SURABAYA, KOMPAS - Impian warga Surabaya, Jawa Timur, menikmati moda transportasi massal trem kembali tertunda. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan, hingga akhir masa jabatan yang tersisa dua tahun tidak akan mampu mengawal realisasi proyek trem sampai selesai. ”Karena (masa jabatan) tinggal dua tahun lagi, sedangkan konstruksi pembangunan trem perlu lebih dari dua tahun,” ujar Risma, Selasa (11/12/2018), di Surabaya.
Berdasarkan rencana terbaru, pembangunan proyek trem membutuhkan waktu minimal dua tahun. Di sisi lain, masa jabatan Risma berakhir 17 Februari 2021. Padahal, hingga akhir tahun ini, belum ada kejelasan tentang lelang proyek transportasi massal berbasis rel itu.
Risma mengatakan, sudah berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan trem. Bahkan, Pemerintah Kota Surabaya sudah membangun sejumlah sarana pendukung. Misalnya, tempat parkir mobil dan sepeda motor sesuai pola transportasi pelaju yang pakir, lalu menumpang angkutan umum.
Proyek perencanaan fisik (detail engineering design) juga telah diselesaikan bersama Kementerian Perhubungan. Namun, sejak digagas pada 2013, proyek trem selalu terhalang pos pendanaan yang berubah-ubah.
Risma mengklaim proyek reaktivasi trem sempat direncanakan untuk mendapat alokasi APBD Kota Surabaya dengan sistem kontrak tahun jamak. Namun, Kemenhub memutuskan proyek trem Surabaya dibiayai APBN 2018. Salah satu alasannya, trem Surabaya termasuk dalam daftar proyek strategis nasional.
Namun, rencana penganggaran berubah lagi. Akhir 2017, Kemenhub secara sepihak memutuskan pembiayaan trem Surabaya berasal dari skema kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU). Yang ironis, rencana pembiayaan itu tidak terwujud. Bahkan, trem Surabaya dikeluarkan dari daftar proyek strategis nasional.
Sebagai gambaran, trem Surabaya diperkirakan memerlukan biaya Rp 4,5 triliun. Rel akan membentang 17 kilometer dari Terminal Joyoboyo hingga Jalan Rajawali. Trem dapat mengangkut 4.500 orang per jam. Direncanakan ada 29 titik pemberhentian di sepanjang rute. Waktu tunggu sekitar 6 menit per kereta. Waktu tempuh Joyoboyo-Rajawali sekitar 17 menit.
Risma mengakui tidak akan bisa mewujudkan proyek trem. Wali Kota Surabaya berikutnya diharapkan merealisasikan trem seperti pernah beroperasi pada kurun 1889-1975. Seluruh rancangan sudah selesai. ”Tinggal memastikan sumber pendanaannya,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyudrajad mengatakan, Jalan Ahmad Yani merupakan pintu masuk pelaju dari Sidoarjo. Desain arteri nasional itu termasuk ruas paralel sehingga bisa dimaksimalkan untuk transportasi massal jenis bus.
Jika diperlukan dan disetujui, satu lajur bisa didedikasikan sebagai jalur khusus sehingga bus tidak terhambat. Keberadaan jalur khusus itu seperti operasional Transjakarta berbasis busway.
Anggi Widya (24), warga Dukuh Pakis, Surabaya, menyayangkan batalnya proyek trem. Trem memberikan harapan baru bagi warga untuk memiliki lebih banyak alternatif moda transportasi massal yang baik dan memadai.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Wahid Wahyudi mengatakan, proyek trem perlu dilihat sebagai upaya pemerintah menyediakan pilihan moda transportasi bagi warga. Jika biaya terlalu mahal, pemerintah perlu mewujudkan moda yang lebih mudah dan murah. Tetapkan jalur khusus bus di ruas arteri nasional tengah kota dari perbatasan Sidoarjo. (SYA/ETA/BRO)