MATARAM, KOMPAS — Sejumlah anak muda Nusa Tenggara Barat mulai tertarik menggeluti bisnis investasi saham. Kini cukup dengan telepon genggam, mereka bisa memulai bisnisnya. Namun, masih rendahnya angka literasi pasar modal harus jadi catatan besar ke depan.
”Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan, seperti banyak daerah lain di Indonesia, tingkat literasi pasar modal di NTB masih rendah,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia NTB I Gusti Ngurah Bagus Sarjana, Rabu (12/12/2018), di Mataram, Lombok.
Secara nasional, potensi ekonomi di sektor pasar modal sesungguhnya sangat besar. Dari 611 perusahaan yang go public dan sahamnya bisa dimiliki masyarakat umum, potensi nilai maksimalnya mencapai Rp 6.593 triliun.
Akan tetapi, kondisi itu kontras dengan pertumbuhan jumlah investor yang rendah berkisar 813.000 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 260 juta jiwa.
Di NTB, dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa, hingga November 2018, ada 4.034 investor dengan nilai investasi Rp 87 miliar yang tersebar di Pulau Lombok dan Sumbawa.
Akan tetapi, yang menggembirakan, dari 4.034 investor itu, pelakunya adalah kalangan muda. Untuk kategori usia 18-25 tahun sebanyak 1.488 orang, usia 26-30 tahun (594 orang), usia 31-40 tahun (973 orang), dan usia 41 tahun ke atas (979 orang). Mereka umumnya mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi negeri dan swasta di Mataram.
”Artinya, mereka mulai melek dan aware investasi, menyisihkan uang saku untuk hal yang produktif, seperti membeli saham. Dengan Rp 100.000 bisa beli saham, jadi sangat terjangkau kantong kalangan milenial,” ucap Ngurah.
Kesadaran itu ditambah juga dengan kemajuan informasi dan teknologi tentang bursa saham. Semua kemudahan, lanjutnya, bisa diakses melalui internet menggunakan telepon genggam. ”Mereka mau menggeluti dunia investasi saham ini karena merasakan hasilnya dibanding membelanjakan uangnya untuk hal yang konsumtif,” kata Ngurah.
Hal senada dikatakan Agus Ariana, pemilik Hotel Arianz di Kota Mataram. Dia menilai, anak muda pembeli saham sedang jadi tren di lantai bursa dalam era digital dan media sosial. Fenomena ini menjadi media pembelajaran bagi generasi muda untuk mulai belajar investasi saham.
Bukan rahasia lagi saat ini, pasar modal menjadi salah satu penggerak roda ekonomi. Dengan menjadi investor aktif secara langsung, generasi muda membantu laju perekonomian negara.
”Generasi muda sekarang lebih piawai memanfaatkan kemajuan era digital dan media sosial. Apalagi pekerjaan ini tidak perlu modal banyak, karyawan, dan kantor. Cukup pakai telepon genggam, mereka bisa mulai berbisnis,” tutur Ariana.