BANDUNG, KOMPAS - Angkutan kota sebagai bagian dari transportasi publik direvitalisasi menjadi salah satu pilihan untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Bandung.
Angkot dinilai memiliki potensi dan bisa menjadi alternatif untuk mendorong masyarakat yang biasa menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi publik.
Sejak tahun 2017, lembaga swadaya masyarakat HIVOS, Data Science Indonesia (DSI), Dinas Perhubungan Kota Bandung, serta Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung mengkaji dan melakukan uji coba terkait pengembangan layanan angkot. Hasilnya dipaparkan dalam seminar publik ”Data untuk Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Bandung di Kota Bandung”, Senin (10/12/2018).
Para pembicara adalah ahli teknik transportasi dari Institut Teknologi Bandung Sony Sulaksono Wibowo, Manajer Pengembangan Program HIVOS Ilham Saenong, Strategic Partnership DSI Nabil Badjri, Kepala Dishub Kota Bandung Didi Ruswandi, Kepala Bidang Data dan Statistik Diskominfo Kota Bandung Rina Karlina, dan Sekretaris Koperasi Jasa Pemilik Angkutan Masyarakat (Kopamas) Budi Kurnia.
Sony berpendapat, memecahkan masalah kemacetan di perkotaan tak cukup hanya menata angkot, tetapi juga harus terintegrasi dengan moda transportasi lain. ”Angkot berpotensi berkontribusi dalam mengurai kemacetan.
Angkot yang kini nyaris mati perlu direvitalisasi. Ini mempertimbangkan aspek sosial. Pengemudi angkot di Bandung sedikitnya 1.000 orang. Ini bisa menjadi masalah sosial kalau sampai terjadi pengangguran,” kata Sony.
Penguatan kapasitas
Ilham Saenong menyatakan, dalam upaya revitalisasi perlu penguatan kapasitas. Hal itu telah diuji coba terhadap pengemudi anggota Kopamas. Para pengemudi diberi pelatihan berupa etika menghadapi konsumen, peningkatan pelayanan kepada konsumen, serta perencanaan dan pengelolaan keuangan.
Kopamas difasilitasi dengan terobosan layanan Booking Angkot dan Angkot to School. Booking Angkot adalah layanan sewa atau carter angkot secara reguler. Sementara Angkot to School membuka layanan antar-jemput pelajar.
”Setelah ini penguatan kapasitas dilanjutkan terhadap pengemudi angkot dari anggota koperasi lain. Ini penting agar kualitas layanan angkot semua terstandar,” ucap Ilham.
Menurut Nabil Badjri, uji coba layanan diterapkan pada tiga rute angkot, yakni Stasiun Hall-Sarijadi, Stasiun Hall-Gunung Batu, dan Pasar Sederhana-Cimindi, dari 39 rute yang ada. ”Selanjutnya bisa diterapkan pada rute lain,” ujar Nabil.
Budi Kurnia menyambut baik uji coba tersebut. ”Respons masyarakat relatif bagus. Pesanan mulai mengalir untuk Booking Angkot. Diharapkan upaya ini dapat menggairahkan lagi layanan angkot. Pengemudi anggota Kopamas ada 1.034 orang,” katanya.
Didi Ruswandi mengatakan, setelah program ini akan dilakukan uji coba pada rute lain. ”Jika hasilnya bagus, tinggal diteruskan. Program Angkot to School perlu dukungan dunia usaha, paling tidak untuk memberi stimulan pada tahap awal agar masyarakat tertarik menggunakan angkot,” ujarnya. (SEM)