BANDUNG, KOMPAS – Seleksi perguruan tinggi dengan metode Ujian Tulis Berbasis Komputer atau UTBK bisa dimanfaatkan perguruan tinggi dalam seleksi mandiri. Calon mahasiswa tidak perlu lagi mengulang tes karena hasil UTBK bisa digunakan dalam seleksi di setiap kampus. Penggunaan nilai terintegrasi ini bergantung kepada keputusan perguruan tinggi masing-masing.
Institut Teknologi Bandung menggunakan hasil UTBK dalam Seleksi Mandiri (SM) ITB dengan harapan mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas. Direktur Eksekutif Pengelolaan Penerimaan Mahasiswa dan Kerjasama Pendidikan ITB Mindriany Syafila di Bandung, Senin (10/12/2018), menjelaskan, UTBK merupakan sistem yang dikembangkan untuk menyimpan hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Data seleksi setiap calon mahasiswa yang dikelola Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) ini dimanfaatkan dalam seleksi mandiri karena calon mahasiswa kerap gagal dalam tes SBMPTN. Mindriany berujar, calon mahasiswa yang gagal ini mencapai sebanyak 3.000-4.000 peserta. Mereka tidak lulus karena memilih jurusan dengan persaingan yang terlalu ketat.
“Padahal, jika melihat hasil seleksi SBMPTN dan prestasi sekolah, mereka mampu menghasilkan Indeks Prestasi lebih dari tiga. Mereka hanya salah strategi memilih jurusan sehingga terlempar. Dengan metode ini, calon mahasiswa mendapatkan kesempatan kedua jika mendaftar di SM ITB,” ujarnya saat jumpa pers Penyelenggaraan SM ITB.
Dalam penerimaan mahasiswa baru 2019, ITB memberikan porsi 40 persen untuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), 40 persen SBMPTN dan 20 persen untuk SM ITB. Khusus Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB memberikan porsi 30 persen untuk SNMPTN, 40 persen SBMPTN, dan 30 persen untuk SM ITB.
“Kuota perkuliahan yang pasti akan diumumkan Januari tahun depan. Namun, tidak akan jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sekitar 4.000 kursi,” tuturnya.
Selain menggunakan nilai UTBK, di FSRD juga terjadi perubahan metode seleksi. ITB meniadakan ujian keterampilan bagi program studi bidang seni dan olahraga. Metode ini diganti dengan portofolio karya atau penampilan seperti pada seleksi SNMPTN.
Namun seleksi portofolio rentan akan karya yang tidak orisinal. Untuk menyiasati hal tersebut, Wakil Direktur Eksekutif Penerimaan Mahasiswa Program Sarjana dan Vokasi ITB Achmad Syarief menuturkan panitia akan memverifikasi segala karya yang dibuat calon mahasiswa.
“Kami akan mengamati hasil karya calon mahasiswa. Lulus SBMPTN bukan berarti langsung jadi mahasiswa ITB. Kami akan selektif melihat karya mereka,” tuturnya.
Metode mandiri
Meskipun mempermudah kampus dalam seleksi mandiri, tidak semua kampus mempertimbangkan data UTBK dalam seleksi mandiri, salah satunya Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Rektor ISBI Bandung Een Herdiani menyatakan, kampusnya tetap melaksanakan ujian mandiri tanpa menggunakan data-data dari luar kampus.
Menurut Een, seleksi mandiri ISBI yang dilaksanakan selama tiga hari adalah bentuk ideal dari upaya untuk menyaring mahasiswa yang akan berkutat di bidang seni ini. Tes yang akan dilakukan tidak hanya terkait akademik, tetapi juga ketangguhan fisik.
“Mereka berkegiatan di bidang seni, jadi perlu tenaga yang lebih. Beruntung, saat ini kami masih leluasa menjalankan ujian mandiri. Untuk SBMPTN, kami tetap mengikuti aturan pemerintah, yaitu dengan menggunakan portofolio,” ujarnya.
ISBI menyediakan kuota mahasiswa baru sebanyak 700 bangku di tahun 2019. Persentase penerimaan di tahun tersebut adalah 30 persen dari SNMPTN, 40 persen dari SBMPTN serta 30 persen ujian mandiri.