PURBALINGGA, KOMPAS — Pembangunan Bandar Udara Panglima Besar Jenderal Sudirman di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, saat ini memasuki proses analisis mengenai dampak lingkungan atau amdal. Diperkirakan proses amdal memerlukan waktu enam bulan. Pemerintah daerah sedang menyelesaikan akses menuju bandara.
”Sekarang sudah masuk proses amdal, baik dari sisi darat maupun udara,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga Imam Wahyudi, Jumat (7/12/2018) di Purbalingga, Jawa Tengah.
Imam mengatakan, proses amdal dilakukan oleh pihak ketiga rekanan PT Angkasapura II dan sudah dimulai sejak 5 November dan saat ini sedang dilakukan proses konsultasi publik. ”Setelah amdal selesai, bisa dilanjutkan dengan pembangunan fisik,” ujarnya.
Kepala Bidang Jaringan Transportasi dan Perkeretaapian Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah Henggar Budi Anggoro menyampaikan, proses amdal bandara tersebut diperkirakan memakan waktu hingga enam bulan. ”Amdal masih berjalan paling lama enam bulan, tapi mudah-mudahan nanti bisa selesai di Februari,” kata Henggar.
Imam menambahkan, pemerintah kabupaten telah menyelesaikan pembebasan lahan seluas 4 hektar untuk pembangunan bandara tersebut. Selain itu, akses jalan menuju bandara juga masih dikerjakan. ”Akses jalan selesai tahun ini,” ujar Imam.
Dari pantauan Kompas, jalan menuju bandara di Kecamatan Bukateja sejauh 1 kilometer, sepanjang 500 meter, dibeton. Sisanya masih berupa timbunan tanah, batu, dan pasir.
Pembangunan tahap pertama bandara ini ditargetkan selesai akhir 2019 dan diharapkan bisa memberikan manfaat tidak hanya bagi Kabupaten Purbalingga, tetapi juga delapan kabupaten/kota lain, yaitu Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Tegal, dan Wonosobo.
Bandara Jenderal Sudirman di Purbalingga ini memiliki luas 115 hektar. Pembangunan tahap pertama runway akan sepanjang 1.600 meter, tahap kedua 2.500 meter, dan terminal seluas 3.000 meter persegi yang bisa menampung 300.000 penumpang dalam setahun.