MAKASSAR, KOMPAS - Hingga Rabu (5/12/2018), dua desa di Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat masih terisolasi akibat longsor dan banjir lumpur. Saat ini, warga berusaha membersihkan material longsor maupun genangan lumpur secara manual karena alat berat yang dikirim tak bisa menembus medan.
Informasi yang diperoleh dari Polewali Mandar (Polman) menyebut banjir dan longsor terjadi Selasa (4/12). Dua desa yang diterjang banjir adalah Desa Kaleo dan Desa Amalu.
Kedua desa ini berada cukup jauh dari ibu kota Kecamatan Binuang dan lebih dekat dengan perbatasan Kabupaten Pinrang dan Enrekang, Sulawesi Selatan. Wilayah ini berada di dataran tinggi dengan desa-desa yang diapit perbukitan dan tebing.
"Beberapa hari hujan deras turun dan menyebakan beberapa bagian tebing longsor. Material longsoran ini kemudian terbawa air ke desa dan menyebabkan banjir lumpur. Sejauh ini tidak ada korban jiwa. Namun, kondisi yang mengkhawatirkan warga karena setiap sore hujan," kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Polman M Siri.
Sejak Selasa kemarin, kata Siri, pemerintah telah mengirim alat berat untuk membersihkan material longsoran yang menutup jalan dan sejumlah bangunan, termasuk sekolah. Namun, kendaraan ini tak bisa tembus karena sulit melewati jembatan kayu yang menghubungkan ibu kota kecamatan ke kedua desa tersebut. Jalan itu menjadi satu-satunya akses darat ke lokasi.
"Untuk sementara warga dan petugas membersihkan material secara manual sembari kami mencari solusi agar alat berat bisa masuk. Persoalannya karena setiap sore hujan, timbunan material harus dibersihkan sebelum bertambah. Desa yang kondisinya parah adalah Kaleo dengan sekitar 200 warga di sana," katanya.
Sebuah bangunan sekolah terdampak parah akibat longsor dan banjir lumpur ini sehingga siswa terpaksa belajar di luar sekolah.