PONTIANAK, KOMPAS – Kecamatan Menyuke dan Kuala Behe, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dilanda banjir setinggi 1,5 - 2 meter, Rabu (5/12/2018). Lokasi banjir berjarak sekitar 100 kilometer dari Pontianak. Banjir menyebabkan akses dari Landak menuju Bengkayang melalui jalur Menyuke lumpuh.
Jika warga ingin bepergian ke Kabupaten Bengkayang maka mereka harus menggunakan jalur alternatif yakni melalui Kabupaten Mempawah. Perjalanan dari Landak menuju Bengkayang yang harusnya hanya memakan waktu sekitar dua jam menjadi lebih lama karena jalur alternatif lebih jauh.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Landak Banda Kolaga, Rabu (5/12), mengatakan, banjir di dua kecamatan itu terjadi sejak Selasa (4/12) karena hujan lebat sejak Senin (3/12). Banjir di Menyuke dan Kuala Behe merupakan kiriman dari daerah hulu.
“Ketinggian air di Darit, ibu kota Kecamatan Menyuke, mencapai dua meter, sehingga akses dari Landak menuju Bengkayang lumpuh. Padahal, jalur itu merupakan jalur terdekat untuk menuju Bengkayang yang kerap dilintasi kendaraan umum,” kata Banda.
Selain melumpuhkan akses utama Landak-Bengkayang, banjir juga merendam ratusan permukiman warga di Menyuke. Permukiman warga yang terendam banjir di Menyuke sekitar 200 permukiman.
Di Kuala Behe ketinggian banjir mencapai 1,5 meter. Daerah itu juga dapat kiriman banjir dari hulu, yakni Kecamatan Meranti melalui luapan Sungai Behe. Akibatnya, sekitar 150 permukiman warga terendam banjir.
“Meskipun permukiman warga terendam banjir, sejauh ini belum ada warga yang mengungsi. Ada yang menempati lantai dua rumah mereka. Selain itu, ada pula yang membangun semacam panggung di dalam rumah yang lebih tinggi dari ketinggian banjir, sehingga bisa menjadi tempat tidur sementara,” ungkap Banda.
Kecamatan lainnya, yakni Mandor, Sengah Temila, Air Besar, dan Meranti juga sebetulnya juga dilanda banjir pada Selasa. Namun, banjir di kecamatan tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tidak berdampak signifikan.
Daerah-daerah tersebut setiap musim penghujan selalu dilanda banjir. Hal itu diakibatkan daerah hulu yang sudah tidak mampu menyerap air saat hujan. Banyak yang telah mengganti tanamannya dari karet menjadi sawit, sehingga daya serap air berkurang dan menimbulkan banjir.
BPBD telah memerintahkan kepada aparatur kecamatan untuk mendata korban banjir, sehingga bisa segera ditangani jika ada yang perlu penanganan cepat. Kemudian, mendirikan posko banjir serta kesehatan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya dampak yang serius.
BPBD juga mengimbau kepada masyarakat agar selama musim penghujan lebih meningkatkan kewaspadaan. Dengan demikian, dapat meminimalisasi risiko yang diakibatkan banjir. Jangan sampai ada korban jiwa.
Banda juga meminta kepada pemangku kebijakan yang terkait lingkungan dan daerah aliran sungai agar melakukan reboisasi di hulu. Kemudian, melakukan normalisasi sungai-sungai utama yang rusak.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Internasional Supadio Pontianak Ade Supriatna, menjelaskan, intensitas hujan di wilayah Kalbar lebat karena fenomena madden julian oscillation (MJO). Ini siklus setiap dua bulanan berupa gangguan meteorologis di daerah tropis termasuk di Kalbar.
Indeks MJO ini berupa kumpulan awan hujan yang merambat dari barat ke timur atau ke daerah tropis. MJO saat ini berada di kuadran III, sehingga dampak yang paling dirasakan adalah terjadi curah hujan sedang hingga lebat.
Kemudian, dipengaruhi juga oleh pola gangguan angin di lapisan 3.000 kaki, berupa pertemuan garis angin dan pola pusaran angin masuk di Kalbar. Maka, setidaknya sepekan kedepan sebagian besar wilayah Kalbar diguyur hujan sedang hingga lebat.