Warga dan BPBD Karangasem Bangun Jembatan Darurat di Dusun Sogra
Oleh
Cokorda Yudistira
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Warga Dusun Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, bersama sukarelawan dan aparatur Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karangasem, Jumat (30/11/2018), bersama-sama membangun jembatan darurat yang menghubungkan wilayah Desa Sebudi dengan Desa Amerta Bhuana, Karangasem. Jembatan sementara di Dusun Sogra, yang menghubungkan Desa Sebudi dengan Desa Amerta Bhuana, terbawa banjir pada Kamis (29/11).Kepala Desa Amerta Bhuana, Karangasem, I Wayan Suara Arsana mengatakan, mereka membantu warga Dusun Sogra dan BPBD Karangasem serta komunitas sukarelawan setempat membangun kembali jembatan darurat yang menjadi akses utama warga Banjar Bukit Galah, Dusun Sogra, yang berada di kaki Gunung Agung.
”Jembatannya dari kayu dan bambu. Ini jembatan sementara agar masyarakat Banjar Bukit Galah bisa melintas ke Amerta Bhuana,” kata Arsana yang juga Sekretaris Pasemetonan Jagabaya Gunung Agung, Karangasem, ketika dihubungi Kompas, Jumat.
Jembatan darurat sebelumnya amblas sejak Kamis lantaran tergerus aliran Sungai Tukad Saba yang banjir. Banjir dipicu hujan lebat yang mengguyur wilayah Karangasem, terutama di kawasan Gunung Agung.
Secara terpisah, Kepala BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa menerangkan, pembangunan jembatan darurat di Dusun Sogra itu mendesak karena terdapat sekitar 145 orang, yang termasuk dalam 33 kepala keluarga, di Banjar Bukit Galah yang rentan terisolir apabila akses itu putus dan wilayah Dusun Sogra termasuk kawasan rawan bencana Gunung Agung.
”Kami tetap mengantisipasi adanya jalur evakuasi, apalagi kondisi Gunung Agung yang masih berstatus siaga,” ujar Arimbawa kepada Kompas.
Menurut Arimbawa, jalan yang menjadi akses penghubung Dusun Sogra dan Desa Amerta Bhuana itu putus akibat tergerus banjir lahar hujan ketika Gunung Agung erupsi pada 2017. Warga kemudian berswadaya membangun jembatan sementara dengan dibantu pemerintah. Jembatan sementara itu kembali putus lantaran Tukad Saba banjir pada Kamis (29/11).
Adapun jembatan darurat yang dibuat, menurut Arimbawa, menggunakan bahan kayu dan bambu. Panjang jembatan sekitar 6 meter dan cukup kokoh dilalui sepeda motor. ”Untuk mobil dan kendaraan roda empat lainnya belum bisa,” kata Arimbawa.
Arimbawa menambahkan, mereka bersama Pasebaya Gunung Agung juga sudah mengimbau masyarakat setempat agar tetap waspada karena intensitas hujan meningkat dan tetap memperhatikan kondisi Gunung Agung. Masyarakat diimbau tidak menyeberangi jembatan apabila hujan lebat.
Senada Arimbawa, Arsana menyatakan, Pasebaya dan sukarelawan sekitar juga terus memantau kondisi Gunung Agung dan ancaman bencana alam. Melalui koordinasi dengan kepala desa setempat, ujar Arsana, mereka mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dan tidak melintasi jembatan ketika hujan.