Perekonomian di Jawa Timur 2019 Diprediksi Tumbuh 5,6 Persen
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Perekenomian di Jawa Timur diprediksi tumbuh 5,6 persen pada 2019. Surplus produk pertanian yang didukung sarana infrastruktur memadai membuat akses perdagangan semakin berkembang.
Hal tersebut mengemuka dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur 2018, Rabu (28/11/2018) di Surabaya. Hadir dalam acara tersebut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jatim Difi Ahmad Johansyah, Gubernur Jatim Soekarwo, dan sejumlah stakeholder perekonomian di Jatim.
"Kita cukup gembira karena akhir tahun ini pembangunan infrastruktur semakin baik. Ini membuat konektivitas antar daerah semakin baik karena tersambungnya jalan tol Trans Jawa yang akan mengubah perilaku ekonomi. Tidak menutup kemungkinan akan muncul sentra-sentra ekonomi baru di sekitar jalan-jalan baru," kata Difi.
Sektor perdagangan diperkirakan akan semakin berkembang pada 2019. Ketidakpastian perekonomian global diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap perdagangan antar daerah. “Jatim memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap berbagai risiko termasuk pengaruh ekonomi global,” ucap Difi.
Kondisi perekonomian dunia yang diperkirakan melambat tidak begitu dirasakan di Jatim. Hingga kuartal III tahun 2018, perekonomian Jatim masih mampu tumbuh 5,4 persen dan hingga akhir tahun diperkirakan bisa tumbuh hingga 5,5 persen. Sedangkan untuk tahun depan diprediksi naik hingga 5,6 persen.
"Untuk ekonomi global memang ada industri yang bisa bertahan karena terus mencari peluang pasar baru, bahkan ada industri yang dapat limpahan pesanan dari luar akibat adanya perang dagang," ucap Difi.
Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jatim juga didukung oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cukup stabil sekitar Rp14.300 setelah sempat ada goncangan hingga menembus lebih dari Rp15.000.
Soekarwo mengatakan, pihaknya akan terus mendorong perdagangan antar daerah. Sebab, ekspor dalam negeri diperkirakan tidak terpengaruh dengan kondisi perekonomian global.
Sejak 2011, nilai ekspor dalam negeri berkisar Rp 35 triliun atau naik 323 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Produk-produk surplus yang dijual ke daerah lain di antaranya beras, jagung, bawang merah, susu, telur ayam, dan daging sapi.
“Jatim membuka 26 kantor perwakilan dagang di beberapa wilayah luar Pulau Jawa untuk memaksimalkan potensi perdagangan antar daerah,” ujar Soekarwo.