[caption id="attachment_9838383" align="alignnone" width="720"] Rapat Koordinasi Daerah tentang Ketersediaan Pasokan Bahan Pokok dan Stabilitas Harga di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (28/11/2018).[/caption]
PONTIANAK, KOMPAS – Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga beras khususnya medium hampir di sejumlah wilayah di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat meningkat. Hal itu dipicu pasokan beras di pasar yang minim. Bulog diminta segera menggelontorkan cadangan beras agar kenaikan harga tidak terus-menerus terjadi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih dalam Rapat Koordinasi Daerah tentang Ketersediaan Pasokan Bahan Pokok dan Stabilitas Harga di Pontianak, Rabu (28/11/2018), mengatakan, hampir di semua provinsi harga beras cenderung naik. Hal itu terjadi karena pasokan di pasar tidak memadai. Untuk itu, Kemendag ke daerah-daerah untuk mengatasi hal itu bersama pemerintah daerah.
“Saya minta kepada Bulog di setiap daerah termasuk di Kalimantan Barat untuk segera menggelontorkan beras ke pasar. Apalagi, di Pontianak, beras medium ada yang tidak tersedia di pusat perbelanjaan. Stok Bulog mencukupi untuk melakukan operasi pasar. Jangan sampai harga beras terus meningkat,” kata Karyanto.
Berdasarkan data Bulog Divisi Regional Kalbar total stok beras yang dimiliki sekitar 13.000 ton. Persediaan itu di 14 kabupaten/kota. Stok yang ada mencukupi untuk melakukan operasi pasar dalam rangka menstabilkan harga. Stok itu bisa cukup lima hingga enam bulan kedepan. Tim untuk melakukan operasi pasar juga sudah siap.
Kepala Kepolisian Daerah Kalbar Inspektur Jenderal Didi Haryono saat mempresentasikan hasil kerja Satgas Pangan, mengatakan, harga beras di Kalbar rata-rata memang naik. Misalnya, di Kabupaten Kapuas Hulu yang terjauh, harga beras melampaui batas harga tertinggi.
Beras medium di sana Rp 14.000 per kg. Padahal, harga eceran tertinggi harusnya Rp 9.950 per kg. Harga beras premium mencapai Rp 17.000 per kg.
“Hal itu terjadi karena faktor distribusi yang jauh, menimbulkan biaya angkut yang tinggi. Harga jual di pasar akhirnya tinggi. Jarak Kapuas Hulu sekitar 900 km dari Pontianak, ibu kota Kalbar,” ujar Didi.
Sejak Januari hingga November Polda Kalbar juga telah menindak oknum yang berupaya melakukan penimbunan bahan pokok. Ada 51 kasus yang ditangani Polda. Dari kasus itu ada 55 tersangka. Langkah hukum ini upaya untuk menjaga stabilitas harga yang diakibatkan adanya penimbunan kebutuhan pokok.
Selain penegakan hukum, Polda juga melakukan pencegahan, misalnya koordinasi dengan lintas sektor secara rutin untuk memantau perkembangan pasar. Memantau perkembangan pasar juga dilakukan dengan mengecek harga secara langsung di pasaran, sehingga pergerakan harga diketahui. Jika ada yang tidak wajar maka akan didalami.
Waspadai perbatasan
Selain stabilitas harga, keamanan pangan pun menjadi fokus Satgas Pangan Polda Kalbar. Maka, salah satu upaya menjaga kualitas pangan itu dengan meningkatkan pengawasan terhadap pangan untuk menjaga kemungkinan masuknya pangan ilegal dari perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar.
Di Kalbar ada lima kabupaten dan 52 desa yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kemudian, ada lebih dari 60 jalan tikus yang terhubung dengan perkampungan di Malaysia. Itu jalur rawan untuk penyelundupan kebutuhan pokok. Maka, Polda juga melaksanakan inspeksi mendadak ke tempat perbelanjaan untuk memastikan tidak ada barang ilegal yang masuk ke Kalbar.