Rantang Kasih untuk Lansia
Bergulir setahun terakhir, program Rantang Kasih memberi manfaat bagi 2.600 lansia miskin. Program sedekah itu juga mampu menggerakkan rasa solidaritas sosial. Rantang Kasih merupakan program pemberian makanan bergizi secara gratis kepada warga miskin, terutama lanjut usia nonproduktif.
Satu paket rantang makanan terdiri dari nasi, sayur, buah, dan daging yang diatur setiap hari. Menu yang diberikan dipetakan sesuai dengan masing-masing penerima. Dengan demikian, lansia dengan pantangan tertentu pun tidak akan melanggar pantangan tersebut demi kesehatannya.
Program ini juga memberikan kesempatan kepada warga yang ingin berpartisipasi membantu para lanjut usia, terutama yang sebatang kara. Melalui program Rantang Kasih, warung makanan terdekat dengan rumah lansia dilibatkan untuk menyediakan makanan bergizi.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menganggarkan Rp 5,5 miliar untuk program ini. Namun, dana itu hanya bisa untuk 1.500 orang. Masih ada 1.100 orang yang menunggu uluran para donatur.
Pemerintah setempat mengintegrasikan program Rantang Kasih dengan program Jalin Kasih. Sama halnya dengan Rantang Kasih, Jalin Kasih juga memberikan bantuan bagi lansia miskin, bedanya masyarakat umum bisa menjadi donaturnya.
Jalin Kasih bisa diunduh di PlayStore. Program itu memanfaatkan teknologi geospasial untuk mengetahui lokasi lansia miskin yang akan dibantu. Dengan cara itu, donator bisa menghubungi warung di sekitar rumah lansia sasaran yang belum terlayani makanan dari APBD. Pemilik warung akan mengantar makanan ke rumah warga sesuai dengan pesanan donatur.
Kecil tetapi berarti
Senin (10/9/2018), Kompas berkesempatan mengunjungi beberapa penerima Rantang Kasih, salah satunya Nasikah (83), lansia yang tinggal di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Nasikah tinggal sendiri di rumah berdinding kayu dan tripleks.
Nasikah bersyukur karena kini bebannya untuk mempertahankan hidup sedikit berkurang. Ia tidak lagi harus berjuang mencari sesuap nasi agar bertahan hidup.
”Mbiyen, kulo niku angsal sekul saking nglarah beras ning pasar. Lauk lan sayure yo sak anane. Opo sing iso dimasak yo dipangan (Dahulu saya bisa makan nasi dari memungut beras yang terserak di pasar. Lauk dan sayurnya, ya, seadanya. Apa yang bisa dimasak ya dimakan),” ujarnya.
Namun, itu dulu. Sejak Maret 2018, Nasikah menjadi penerima manfaat program Rantang Kasih. Nasikah mengatakan, setiap hari, pukul 08.00 hingga pukul 09.00, ada orang yang mengantar nasi, lauk, dan sayur kepada dirinya.
Hal senada disampaikan Misini (70), warga Temuasri, Kecamatan Sempu. Di usia senjanya, dia masih memaksa diri bekerja sebagai buruh tani dengan upah Rp 50.000 sehari.
Meski demikian, ia sudah tak memiliki tenaga lagi untuk ke pasar dan membeli aneka kebutuhan hidupnya. Aktivitas tani yang dilakukan juga tak pernah jauh dari rumahnya. Sawah yang ada di samping rumahnya menjadi tempatnya bekerja.
Alhasil, untuk makan dan minum, Misini harus berjalan dari satu warung ke warung lain untuk membeli nasi dan lauk. Namun, sejak terdaftar sebagai penerima manfaat Rantang Kasih, Misini bisa menabung uang jerih payahnya sebagai buruh tani.
”Sak meniko kulo saged nabung. Biasanipun artone telas kagem tumbas panganan. Niki kula tabung kagem riyayan (Sekarang saya bisa menabung. Biasanya uang hanya habis untuk membeli makanan. Ini saya menabung untuk hari raya),” ujarnya.
Misini kini tidak perlu membeli makanan karena sudah ada Dwi Martini (35) yang memasakkan makanan setiap hari. Dwi adalah tetangga Misini yang direkrut untuk menjadi penopang Misini.
”Selain biasa memasak untuk kebutuhan keluarga, sejak awal Maret, saya juga memasak untuk Mbah Misini. Setiap pagi saya mengirim makanan yang bisa dimakan hingga tiga kali, untuk pagi, siang dan malam,” ujar Dwi.
Menu masakan Dwi sudah disesuaikan dengan daftar menu hasil supervisi Puskesmas Sempu dan Dinas Kesehatan Banyuwangi. Setiap hari ia mengambil foto masakannya untuk dilaporkan sebagai pertanggungjawaban.
Setiap masakan yang dibuat Dwi minimal harus seharga Rp 12.500. Sebagai ganti usahanya, Dwi mendapatkan uang dari anggaran program Rantang Kasih.
Uang itu diterima setiap tiga bulan. ”Kalau sesuai yang disarankan, memang makanan seharga Rp 12.500, tetapi kadang saya lebihkan. Apa yang saya masak untuk keluarga di rumah, kalau sekiranya Mbah Misini suka, ya, saya berikan sebagai bonus,” ujarnya.
Selain Dwi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga menggandeng sejumlah warung rakyat yang terdekat dengan rumah warga. Salah satunya Warung Saung Siliwangi di Jalan Kepiting, Banyuwangi.
Setiap hari warung ini menyediakan aneka lauk, sayur, dan buah yang berbeda. Lauk dan sayur disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan penerima.
Fatimah, pemilik Warung Saung Siliwangi, mengatakan, menu yang disajikan sesuai anjuran Dinas Kesehatan. Bahkan, Dinkes melakukan supervisi ke warungnya dua hari sekali untuk memastikan kandungan gizi menu yang akan dikirimkan sekaligus melihat kebersihan warung.
”Maklum saja, para lansia ini kondisi kesehatannya rentan, jadi kita harus hati-hati. Dinas Kesehatan melarang saya menggunakan penyedap masakan, nasi harus model liwet yang lembek. Kalau menu sayur asem, saya dianjurkan pakai tomat untuk rasa asamnya,” tuturnya.
Fatimah senang warungnya dilibatkan dalam program ini. Baginya ini menjadi sarana tepat untuk ikut beramal.
Dorongan untuk ikut beramal juga dirasakan Hendy Yudi Wardana, pengantar rantang makanan yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir layanan transportasi daring.
Setiap pagi, Hendy mengirimkan rantang nasi ini dari Warung Saung Siliwangi untuk dikirim ke sejumlah lansia. ”Setiap pagi, para lansia selalu menunggu saya di depan rumah. Melihat saya datang, mereka tersenyum lebar. Ini kebahagiaan tersendiri bagi saya,” ujarnya.
Bantuan dasar
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tingkat kemiskinan di Banyuwangi 8,6 persen. Angka itu menjadi tantangan berat untuk dituntaskan.
Sebagian di antara warga miskin berada pada level kemiskinan terparah, seperti warga lansia nonproduktif dan sebatang kara. Pendekatannya bukan lagi memberdayakan, melainkan sudah dalam tahap memberi bantuan dasar, seperti makanan sehari-hari.
Anas menambahkan, program ini sebagai upaya meningkatkan cinta kepada orang tua. Anas bercerita pernah menemukan fakta menyedihkan tentang orang tua yang hidup kekurangan, sedangkan anaknya hidup berkecukupan di tempat lain.
Kepala Bappeda Banyuwangi Suyanto Waspo Tondo menilai, program Rantang Kasih tergolong berhasil, terutama membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mau terlibat dalam program sosial.
Bappeda dan BPS masih melakukan survei terkait program ini. Harapannya Rantang Kasih dapat menekan laju kemiskinan dan memperpanjang usia harapan hidup warga Banyuwangi.