PADANG, KOMPAS — Sumatera Barat menjadi tuan rumah Rapat Koordinasi Gubernur se-wilayah Sumatera tahun 2018. Rapat koordinasi dengan tema “Pembangunan infrastruktur mendukung pariwisata dan pembangunan regional sumatera” itu akan berlangsung di Padang dari 21-23 November 2018. Rakor diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan bersama untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi di Sumatera.
Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah Sumatera Barat (Sumbar) Hansastri pada acara pembukaan di salah satu hotel di Kota Padang, Kamis (22/11/2018) mengatakan, pelaksanaan Rapat Koordinasi (rakor) di Sumbar merupakan hasil kesepakatan dari rapat serupa di Jambi pada September 2017 lalu.
Menurut Hansastri, rakor tersebut diikuti oleh gubernur se-Sumatera atau yang mewakili, Kepala Bappeda provinsi se-Sumatera, serta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se-Sumatera.
“Dalam rapat koordinasi ini, kita akan menyepakati program dan usulan bersama Provinsi se-Sumatera untuk disampaikan kepada Kementerian dan lembaga, serta menuangkan program yang perlu dikerjasamakan dalam bentuk nota kesepahaman,” kata Hansastri.
Selain pemerintah provinsi se-Sumbar, rakor juga dihadiri perwakilan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. “Di hari ketiga, akan hadir langsung Kepala Perencana Pembangunan Nasional/Badan Perencana Pembangunan Nasional,” kata Hansastri.
Kesepakatan bersama
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, tema yang diangkat dinilai penting sebagai salah satu upaya mendukung regional Sumatera sebagai salah satu wilayah strategis di Indonesia bagian barat dalam rangka mendukung pembangunan nasional.
Menurut Irwan, Sumatera saat ini turut berkontribusi rata-rata sebesar 24 persen terhadap perekonomian nasional. “Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi penyumbang terbesar yaitu 22,12 persen disusul Industri Pengolahan sebesar 19,6 persen, pertambangan dan penggalian 16,3 persen dan perdagangan besar dan eceran sebesar 11,8 persen,” kata Irwan.
Menurut Irwan, potensi-potensi besar itu harus dikembangkan bersama. “Kita harus mengoptimalkan potensi Sumatera untuk kepentingan bersama. Dengan upaya itu, Sumatera menjadi pertumbuhan baru di Indonesia,” kata Irwan.
Di sisi lain, Irwan mengatakan bahwa Sumatera juga menghadapi berbagai masalah yang harus dicarikan solusi bersama.
“Persoalan itu misalnya terkait ketimpangan daerah di mana masih ada daerah tertinggal. Di Sumbar misalnya, dari 19 kabupaten kota masih ada tiga daerah tertinggal yang kami targetkan bisa diselesaikan dalam dua tahun ke depan,” kata Irwan.
Selain ketimpangan, menurut Irwan, Sumatera juga menghadapi persoalan lain seperti kemiskinan, kualitas pendudukan, pemberdayaan masyarakat desa tertinggal, infrastruktur konektivitas, konsistensi dan percepatan pembangunan wilayah, pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan, transisi agraris ke industri, dan pariwisata sebagai pendukung ekonomi lokal dan regional.
“Kami berharap, melalui rapat ini ada saran dan masukan untuk isu-isu stragetis tersebut,” kata Irwan.