Tradisi ”Baayun Maulid” Semarakkan Peringatan Maulid Nabi
Oleh
Jumarto Yulianus
·3 menit baca
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga mengikuti kegiatan baayun maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami, Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/11/2018). Peringatan Maulid Nabi dengan baayun maulid bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya Banjar sekaligus berharap berkah dari Sang Nabi.
BANJARMASIN, KOMPAS — Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/11/2018), kembali disemarakkan dengan pergelaran tradisi budaya baayun maulid. Kegiatan berayun itu untuk melestarikan tradisi budaya Banjar sekaligus memohon berkah dari Sang Nabi.
Tahun ini, Pemerintah Kota Banjarmasin menggelar baayun maulid di Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin selaku penyelenggara menyiapkan 492 ayunan untuk pergelaran tersebut sesuai dengan usia Kota Banjarmasin pada tahun ini.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Muhammad Ikhsan Al Haq mengatakan, antusiasme warga Banjarmasin untuk mengikuti kegiatan baayun maulid cukup tinggi. ”Meski ayunan yang disediakan hanya berjumlah 492, peserta yang mendaftar lebih dari 800 orang. Solusinya, mereka berayun secara bergantian,” katanya.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga mengikuti kegiatan baayun maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami, Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/11/2018).
Baayun maulid, jelas Ikhsan, adalah tradisi budaya dalam masyarakat Banjar yang sudah berusia hampir 500 tahun. Setelah agama Islam masuk ke Banjarmasin, yang ditandai dengan penobatan Pangeran Samudera menjadi Sultan Suriansyah pada 1526, tradisi baayun (berayun) dilekatkan dengan upacara agama Islam sehingga menjadi baayun maulid.
Untuk menggelar tradisi baayun maulid, perlengkapan yang harus disediakan, antara lain, ayunan, hiasan ayunan, piduduk atau syarat upacara berupa bahan-bahan mentah, dan sesajen. Ayunan terdiri atas tiga lapis, yaitu kain sarigading atau sasirangan (kain tenun khas Banjar), kain kuning, dan kain panjang tanpa sambungan jahitan (tapih bahalai).
Adapun, hiasan ayunan terdiri dari janur pohon nipah atau pohon enau atau pohon kelapa, buah pisang, kue cucur, kue cincin, ketupat, dan hiasan lainnya. Beberapa warga juga memasang foto anak, uang kertas mainan, dan balon sebagai penambah hiasan.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Masnah (87), warga Banjarmasin tertua yang mengikuti kegiatan baayun maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami, Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/11/2018).
Kegiatan baayun maulid tidak hanya diikuti bayi dan anak-anak, tetapi juga diikuti orang dewasa dan lansia. Dalam kegiatan baayun maulid di Masjid Jami, peserta termuda atas nama Muhammad Noval berusia 13 hari, sedangkan peserta tertua atas nama Masnah berusia 87 tahun.
Hj Arianty (62), warga Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin Utara, menuturkan, dengan mengikuti tradisi baayun maulid, ia berharap budaya Banjar tetap lestari. ”Saya juga mohon agar selalu sehat walafiat dan ditingkatkan amal ibadah agar kelak bisa masuk surga seperti Nabi Muhammad,” kata Arianty yang ikut berayun bersama cucunya, Azkadina Samarra berusia 4 bulan.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga mengikuti kegiatan baayun maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami, Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/11/2018).
Menurut Hasmianto (25), warga Banjarmasin lainnya, kegiatan baayun maulid menjadi tradisi unik dan menarik dalam rangka memeriahkan peringatan kelahiran Nabi Muhammad. ”Saya membawa anak saya ke sini supaya mendapat berkah dari Nabi Muhammad,” katanya.
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengatakan, baayun maulid merupakan sebuah tradisi budaya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam sehingga terus lestari dan dilestarikan.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina (berpeci) ikut berayun bersama warga yang mengikuti kegiatan baayun maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami, Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/11/2018).
”Semua orang Banjar, terutama anak-anak di Kota Banjarmasin, sejak dini harus diperkenalkan dengan Nabi Muhammad agar tumbuh kecintaan mereka kepada Nabi dan Rasul Allah,” katanya.
Selama anak-anak diayun dilantunkan syair-syair maulid Al Habsyi. ”Mudah-mudahan hidupnya baiman (kuat imannya), bauntung (banyak rezekinya), dan batuah (berkah dan bermanfaat hidupnya),” kata Ibnu Sina.