Kenyamanan Kota Surabaya Sudah Setara Barcelona
Trotoarnya lebar, bersih, serta bebas dari kendaraan dan pedagang. Jalur untuk pedestrian benar-benar memanjakan penggunanya. Nyaman dan aman melangkah di trotoar berlaku hampir di semua kota di dunia, seperti Barcelona di Spanyol, termasuk Kota Surabaya di Jawa Timur.
Kota Barcelona merupakan kota pertama di dunia yang menerapkan konsep smart city atau kota cerdas bagi warganya. Pengelolaan kota dilakukan dengan konsep kota cerdas agar lebih efisien, sedangkan Kota Surabaya mendapat predikat sebagai kota cerdas di Indonesia pada 2017.
Sebagai kota cerdas pertama, Pemerintah Kota Barcelona mengelola kota secara efisien dengan menggunakan teknologi informasi sehingga satu urusan dengan urusan lain, terutama transportasi, sudah terkoneksi dalam jaringan. Warganya pun sangat tertib dan taat pada aturan main di jalan, di rumah, dan di tempat kerja, termasuk tidak membuang sampah sembarangan.
Supaya sampah dibuang pada tempatnya, tempat sampah untuk tiga jenis, yakni kertas, plastik, serta organik, seperti sisa makanan, tersedia di setiap 50 meter. Pengelolaan sampah dari tong sampah itu pun tak lagi dilakukan di satu lokasi yang besar, tetapi di beberapa titik disediakan mesin pengolah sampah secara otomatis.
Tak hanya jalur pedestrian, warga benar-benar nyaman ke mana saja menggunakan transportasi umum, seperti MRT, trem, dan bus. Di Barcelona, jalur pesepeda justru ditempatkan di bagian tengah jalan, bukan di pinggir seperti selama ini berlaku di mana-mana, termasuk di Surabaya.
Semua kenyamanan termasuk memasang banyak kamera pemantau atau CCTV agar penduduk sebanyak 7,5 juta jiwa yang tinggal di wilayah kota seluas 803 kilometer persegi kian nyaman dan sejahtera. Konsep kota cerdas di Barcelona dengan mengelola kota secara efisien juga berlaku di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Kota cerdas
Surabaya yang beberapa kali mendapat pengakuan sebagai kota cerdas, terakhir pada 2017, memang layak menyandang predikat sebagai kota cerdas karena kota ini sudah terkonsep dengan baik menggunakan teknologi informasi. Salah satunya, Surabaya sudah memasang paling tidak 4.000 kamera pemantau.
Pemanfaatan energi langsung dari sinar matahari lewat panel surya atau solar cell juga semakin diperbanyak, terutama di persimpangan jalan dan titik lampu lalu lintas.
Surabaya dan Barcelona merupakan kota kedua di masing-masing negara. Hanya di Barcelona sudah memiliki pusat keramaian, seperti Plaza de Catalunya, sedangkan Surabaya kini mulai menghidupkan lagi Jalan Tunjungan. Hampir setiap bulan Jalan Tunjungan ditutup karena ada kegiatan atau ketika Surabaya mendapat tamu dalam jumlah besar, seperti Startup Nations Summit 2018 dengan peserta tak kurang dari 5.000 orang asal berbagai negara. Ketika trem sudah beroperasi, Jalan Tunjungan kelak bebas dari kendaraan bermotor dan fungsinya menjadi pusat keramaian di kota ini.
Bicara soal taman, Surabaya juga berusaha menjadi salah satu paru-paru dunia dengan terus menambah ruang terbuka hijau. Kalau soal taman, Surabaya dengan 3 juta penduduk masih unggul dari Barcelona karena Kota Pahlawan ini sudah dihijaukan oleh 400 taman yang tersebar rata di seluruh wilayah kota, sedangkan di Barcelona paling tidak ada 70 taman.
Kota Surabaya pun kian kerap mendapat penghargaan, terutama terkait pengelolaan kota. Memang bukan penghargaan yang dikerjar, tetapi bagaimana kota ini semakin nyaman dan sejahtera sehingga bisa sama seperti kota-kota yang ada di berbagai dunia.
Seperti diungkap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, hampir semua layanan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah berbasis elektronik, tidak lagi manual karena sudah menerapkan e-government.
Untuk mengurus akta kelahiran, surat pindah, dan surat kematian, warga tidak perlu datang ke kantor kelurahan, kecamatan, atau dinas kependudukan dan catatan sipil. Semua proses dilakukan menggunakan jari karena warga cukup mengaksesnya lewat website ataupun mobile app. ”Bagi Surabaya, penghargaan bukan tujuan karena paling penting adalah bagaimana agar masyarakat terlayani dengan baik dan lebih sejahtera,” tutur Risma.
Sistem e-government di Kota Surabaya mencakup Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah, e-SDM, e-Monitoring, e-Education, e-Permit, e-Office, e-Health, e-Dishub, serta Media Center dan Sistem Siaga Bencana. Surabaya juga sudah mengoperasikan layanan darurat dan gratis 112 atau command center (CC) dengan proses masuknya informasi sampai eksekusi paling lambat 10 menit.
Layanan 112 memberikan solusi bagi semua informasi yang masuk dari warga, mulai dari mengamankan kucing yang terjepit, ular masuk rumah, kebakaran, kecelakaan lalu lintas, pohon tumbang, dan informasi lain terkait keamanan dan kenyamanan warga.
Sejumlah sistem yang sudah diterapkan di Pemkot Surabaya umumnya memiliki subsistem atau fitur turunan. Misalnya, Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah ada sistem e-Musrenbang, untuk mendukung sinergi perencanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sistem ini juga didukung sejumlah subsistem lain, seperti e-Budgeting, e-Project, e-Procurement, e-Delivery, e-Controlling, dan e-Performance, untuk memantau performa staf di lingkungan Pemkot Surabaya. Selain itu, ada e-SIMBADA, e-Payment, e-Tax, dan e-Audit. Sementara untuk e-SDM mencakup subsistem untuk mengelola tes CPNS, gaji berkala, kenaikan pangkat, mutasi, dan pensiun bagi staf.
Pemkot Surabaya juga menerapkan e-Monitoring untuk memonitor keadaan di Surabaya secara real time. Sistem e-Monitoring ini mengoneksikan CCTV untuk menertibkan reklame, pajak, retribusi, termasuk mendukung operasi yustisi, memonitor sampah, serta keluar-masuk truk sampah ke tempat pembuangan akhir, dan memonitor pemakaman.
Warga Surabaya juga tak perlu antre ketika hendak berobat di puskesmas karena ada sistem e-Health sehingga warga bisa menjadwalkan kapan ingin berobat dan cukup menunggu di rumah. Nanti, jika ada warga yang perlu dirujuk ke rumah sakit terdekat, mereka tidak perlu membawa surat rujukan karena pihak rumah sakit dapat memeriksanya cukup menggunakan perangkat tablet atau gawai.
”Pemkot juga menyediakan akses internet gratis bagi semua warga kami agar mereka bisa mengakses lewat telepon pintar sehingga tidak perlu antre untuk ke puskesmas,” kata Risma.
Pemkot juga menyediakan akses internet gratis bagi semua warga kami agar mereka bisa mengakses lewat telepon pintar sehingga tidak perlu antre untuk ke puskesmas.
Dari semua kenyamanan yang dinikmati warga Kota Surabaya, ada satu kendala yang masih belum tertangani, yakni soal transportasi massal karena terbatasnya jumlah angkutan umum. Memang sudah ada Surabaya Bus yang naik cukup dengan membayar menggunakan sampah plastik, terutama botol minuman bekas. Namun, minimnya angkutan umum adalah salah satu alasan bagi warga Surabaya untuk menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun empat.
Memang kini sedang dalam proses penerapan angkutan massal trem, seperti membangun gedung parkir, serta terminal atau tempat naik turun penumpang trem. Termasuk mempersiapkan bus sebagai pengumpan penumpang dari perumahan ke jalan yang lebih besar. Pemkot pun sedang memproses agar semua angkutan umum bergabung dalam satu wadah perusahaan atau koperasi sehingga lebih mudah dikelola.
Jika proyek trem yang kini sudah mulai digarap, meski terlalu banyak kendala atau aturan dari pemerintah pusat, pada 2019 sudah beroperasi, bukan tak mungkin Kota Surabaya semakin setara dengan kota-kota di negara maju, seperti Moskow di Rusia, Praha di Ceko, Berlin di Jerman, serta Madrid dan Barcelona di Spanyol.