78 Warga Lintas Negara Berdiskusi tentang Masalah Desa di Temanggung
Oleh
regina rukmorini
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Sebanyak 78 orang dari sejumlah negara dengan beragam latar belakang serta profesi akan membicarakan persoalan-persoalan pedesaan dalam perspektif internasional. Diskusi bersama ini dilaksanakan dalam acara The 3rd International Conference on Village Revitalization di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 22-25 November.
”Peserta dari luar mungkin bisa mengambil pembelajaran dari desa di sini, Temanggung, dan sebaliknya, masyarakat di desa di tingkat lokal juga bisa belajar untuk memecahkan persoalan dengan mengacu pada sharing pengalaman peserta luar negeri,” ujar Ketua Panitia The 3rd International Conference on Village Revitalization (ICVR) Fransisca Callista di Dusun Ngadiprono, Senin (12/11/2018).
Acara tersebut dibagi menjadi dua program. Untuk full program akan diikuti 48 peserta, sedangkan program seminar diikuti 30 peserta. Full program terdiri atas serangkaian kegiatan seperti ekskursi dan workshop, berlangsung selama lima hari empat malam. Adapun program seminar akan berlangsung selama dua hari satu malam.
Peserta The 3rd ICVR berdatangan dari sejumlah negara, antara lain Australia, Jepang, Belanda, dan Jerman. Mereka berasal dari berbagai latar belakang profesi, arsitek, dosen, desainer, pegiat desa, perwakilan pemerintah, serta mahasiswa S-2 dan S-3.
Program seminar nantinya dihadiri 12 narasumber. Para pembicara tersebut antara lain Mitsuhiro Tokuda dari Kyushu Institute of Technology, Jepang, Anna Guegan Rahmah dari Lorrina Community Australia, dan Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul, Malang, Jawa Timur.
Enam bulan sebelum pelaksanaan The 3rd ICVR, di Dusun Ngadiprono diselenggarakan beragam kegiatan prakonferensi. Kegiatan tersebut antara lain perbaikan rumah penduduk yang nanti dipakai sebagai tempat menginap peserta diskusi.
Ketua Komunitas Mata Air Dusun Ngadiprono Imam Abdul Rofiq menyebutkan, perbaikan rumah dilakukan bekerja sama dengan 12 biro arsitek. Sebelum melakukan perbaikan, diadakan diskusi antara arsitek dan warga pemilik rumah.
”Dari diskusi tersebut, warga pun diberi tahu, diberi pemahaman tentang konsep sebuah rumah yang sehat,” ujar Imam. Komunitas Mata Air merupakan salah satu komunitas yang dilibatkan dalam penyelenggaraan The 3rd ICVR.
ICVR pertama kali diselenggarakan tahun 2014 oleh komunitas Spedagi. Founder Spedagi, Singgih Susilo Kartono, mengatakan, masalah-masalah yang ada di desa perlu dibicarakan bersama karena saat ini desa mengalami proses degradasi serius.
Salah satu persoalan penting adalah terjadinya krisis pemikiran karena banyak warga yang telah menempuh pendidikan dan berilmu tinggi memilih untuk hijrah ke kota dan tidak kembali ke desa. Padahal, desa memiliki begitu banyak potensi dan kekayaan alam yang menunggu untuk dimanfaatkan dan diolah secara bijak.