Minat ke Taman Makam Pahlawan Masih Rendah
SURABAYA, KOMPAS — Minat masyarakat berkunjung ke taman makam pahlawan yang ada di Surabaya, Jawa Timur, masih rendah. Tempat pemakaman tokoh pejuang kemerdekaan itu hanya ramai dikunjungi ketika peringatan Hari Pahlawan.
Pemerintah Kota Surabaya membangun museum tokoh-tokoh pahlawan agar semangat kepahlawanan terus mengalir di darah generasi muda.
Surabaya memiliki empat taman makam pahlawan (TMP), yakni TMP Ngagel Rejo, TMP Kusuma Bangsa, TMP Sepuluh Nopember, dan TMP Putat Gede. Pahlawan yang dimakamkan di TMP tersebut adalah prajurit dan warga sipil yang gugur pada masa kemerdekaan. Beberapa di antara mereka merupakan pahlawan tidak dikenal.
Penjaga TMP Kusuma Bangsa, Ragil, Kamis (8/11/2018), di Surabaya, mengatakan, dirinya sangat jarang melihat warga berkunjung ke TMP. Setiap bulan, pengunjung atau peziarah yang datang tidak lebih dari 10 orang.
Mereka adalah keluarga pahlawan yang dimakamkan di tempat tersebut. Sesekali, ada masyarakat atau pelajar yang datang untuk keperluan pembuatan film tentang sejarah.
”Sejak 1970-an, tidak ada penambahan pusara sehingga yang dimakamkan di sini adalah pahlawan yang gugur pada masa lalu,” katanya.
Ada 1.735 pahlawan yang dimakamkan TMP Kusuma Bangsa, terdiri dari 840 pahlawan bernama dan 895 pahlawan tidak dikenal.
Pahlawan yang dimakamkan di TMP tersebut adalah prajurit dan warga sipil yang gugur pada masa kemerdekaan. Beberapa di antara mereka merupakan pahlawan tidak dikenal.
Ragil menyebutkan, kunjungan peziarah biasanya meningkat saat peringatan Hari Pahlawan 10 November. Sejumlah instansi dan organisasi biasanya mengunjungi tempat ini untuk memperingati Hari Pahlawan. Bahkan, mereka harus mendaftarkan diri ketika berziarah agar kegiatan yang dilakukan di kompleks pemakaman tersebut mendapatkan lokasi yang mencukupi.
Adapun tokoh-tokoh pahlawan yang dikenal memiliki nama besar tidak dimakamkan di TMP. Tercatat ada tiga tokoh pahlawan nasional yang dimakamkan di Surabaya, yakni Bung Tomo, Dr Soetomo, dan Wage Rudolf Soepratman. Makam Bung Tomo ada di depan kompleks TMP Ngagel Rejo, makam Dr Soetomo di dekat Gedung Nasional Indonesia, dan makam WR Soepratman di depan kompleks Taman Pemakaman Umum (TPU) Kapas Krampung.
Museum
Untuk meningkatkan nilai kepahlawanan masyarakat Surabaya, Pemkot Surabaya mendirikan museum tokoh-tokoh pahlawan. Beberapa museum yang sudah diresmikan adalah Museum Sepuluh Nopember, Museum Dr Soetomo, dan Museum HOS Tjokroaminoto.
”Museum WR Soepratman akan diresmikan saat peringatan Hari Pahlawan 10 November ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.
Di museum tersebut, masyarakat bisa melihat benda-benda yang digunakan sejumlah tokoh pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Benda-benda tersebut antara lain buku, lukisan, mobil, senjata, foto-foto, dan tempat tinggal para pahlawan ketika berada di Surabaya.
Bung Tomo atau Sutomo merupakan pahlawan yang lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920 dan meninggal pada usia 61 tahun di Arab Saudi. Bung Tomo merupakan salah satu pemimpin dalam pertempuran 10 November di Surabaya melawan tentara NICA. Pemerintah menetapkan Bung Tomo sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2008.
Makam Bung Tomo, yang meninggal pada 7 Oktober 1981 saat menunaikan ibadah haji, berada di TPU Ngagel Surabaya. Di makam Bung Tomo, yang berlokasi hanya 3 meter dari pintu masuk ke makam yang berseberangan dengan Makam Pahlawan Ngagel, setiap hari ada saja yang datang untuk berziarah.
Penjaga TPU Ngagel, Irwan (55), mengatakan, paling tidak, ada empat hingga lima orang berziarah ke makam Bung Tomo, pahlawan yang pernah dipenjarakan oleh Presiden Soeharto. Jumlah peziarah ke makam Bung Tomo yang kini berdampingan dengan makam istrinya melonjak menjelang Hari Pahlawan 10 November setiap tahun. Peziarah yang datang ke makam Bung Tomo tidak hanya pelajar SD hingga SMA, tetapi juga warga dari sejumlah kota di luar Surabaya.
Jumlah peziarah ke makam Bung Tomo melonjak menjelang Hari Pahlawan 10 November setiap tahun.
Rutin terjadi sejak awal November, di sekitar makam orator yang membakar semangat arek-arek suroboyo dalam pertempuran Surabaya yang bersejarah itu, dan pernah memprotes pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dipasang umbul-umbul merah putih.
”Menjelang Hari Pahlawan, warga yang berziarah ke makam Bung Tomo tidak hanya lima orang, tetapi datang secara berombongan minimal 30 orang,” kata Irwan. Bahkan, tepat pada Hari Pahlawan, selalu ada acara di areal parkir TPU Ngagel.
Adapun WR Soepratman adalah pencipta lagu ”Indonesia Raya”. Lagu yang kini menjadi lagu kebangsaan ini pertama kali dikumandangkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Atas jasanya tersebut, WR Soepratman diberi gelar pahlawan nasional dan bintang mahaputra utama kelas III pada 1971. Jejaknya kini bisa dilihat di rumah WR Soepratman yang segera dijadikan museum.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Pemkot Surabaya juga rutin mengadakan Sekolah Kebangsaan untuk siswa SD dan SMP. Kegiatan ini dilakukan di luar kelas dengan menampilkan aksi teatrikal kepahlawanan yang diperankan oleh siswa. Sekolah Kebangsaan dilakukan untuk mewariskan semangat cinta tanah air kepada generasi muda.