MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menambah 30 tenaga Taruna Siaga Bencana guna memperkuat 55 tenaga Tagana yang ada di saat ini. Tambahan personel Tagana itu menjadi penting karena Lombok Barat memiliki daerah rawan bencana dan karena Tagana juga berada di garis depan dalam penanggulangan bencana.
”Saat ini, kami memiliki 55 Tagana terlatih di Lombok Barat. Kami merekrut lagi 30 orang, tetapi kami latih dahulu sebelum menghadapi praktek sesungguhnya di lapangan,” ujar Mulyadi, instruktur dari Dinas Sosial Lombok Barat, di sela pelatihan 30 Tagana di Pantai Kerandangan, kawasan obyek wisata Senggigi, Lombok Barat.
Mereka yang direkrut itu, menurut Saeful Ahkam, Kepala Bagian Humas Lombok Barat, berasal dari kecamatan rawan bencana, tetapi minim personel Tagana, seperti Kecamatan Narmada, Lingsar, Gunung Sari, dan Batu Layar. Mereka menjalani program pelatihan selama empat hari atau 32 jam agar siap diterjunkan ke lapangan.
Mereka mendapat pelatihan teoretis berupa kebijakan pengurangan risiko bencana, teknik penyelamatan di darat dan laut, teknik pertolongan pertama, dan materi layanan psikososial. Sementara pelatihan lapangan meliputi mengelola dapur umum, pembuatan selter, memberikan layanan psiko sosial dan water rescue.
Menurut Farhan, Tagana senior, sesuai perannya sebagai relawan, mereka harus siap apabila dibutuhkan saat terjadi bencana banjir, tanah longsor, dan lainnya. Bahkan, mereka harus gerak cepat, Farhan terkadang bertemu dengan teman-temannya di lapangan.
”Menjadi Tagana memperbanyak teman dan ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa membantu sesama yang sedang dalam kesusahan,” kata Farhan yang menjadi anggota Tagana sejak tahun 2009.
Mulyadi mengatakan, imbalan atas jasanya dalam tugas kemanusiaan, pemberdayaan mitigasi, dan mengurangi resiko bencana relatif tidak besar. Mereka memperoleh uang lelah dari APBD Lombok Barat sebesar Rp 300.000 per orang sebulan, dan APBN sebesar Rp 250 .000 per orang sebulan, selain memperoleh uang pengerahan sebesar Rp 100.000 per orang sehari saat ditugaskan di lokasi bencana.