PEKANBARU, KOMPAS – Banjir masih menggenangi sejumlah wilayah di Provinsi Riau, yakni Kabupaten Kuantan Sengingi, Indragiri Hulu, Pelalawan, dan Rokan Hulu. Banjir merendam ribuan rumah. Seorang warga ditemukan meninggal dunia. Sementara air Sungai Kampar mulai meningkat setelah Waduk Koto Panjang di Kampar dibuka.
Korban meninggal adalah Ulin Muslikin (25), warga Desa Sungai Lado, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Ia ditemukan mengambang dalam kondisi tidak bernyawa pada Kamis (8/11/2018) pagi. Dua hari lalu, Ulin mencoba menyeberangi Sungai Singingi yang tengah meluap, namun ditengah jalan ia tenggelam dan menghilang.
“Jasad korban ditemukan sekitar tiga kilometer dari tempat kejadian tenggelam,” kata Pandu Dinata, Komandan Tim Badan SAR Nasional Pekanbaru yang menemukan korban, pada Kamis.
Luapan Sungai Singingi dan Sungai Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi telah berlangsung hampir sepekan. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, Edwar Sanger, banjir di daerah itu telah menggenangi sekitar 4.500 rumah.
Selain Kuantan Singingi, kata Edwar, banjir juga terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan dan Rokan Hulu. Di Indragiri Hulu, sedikitnya 8.500 rumah warga terendam air. Banjir melanda sembilan desa dari tujuh kecamatan. Dampak banjir terbesar berada di Kecamatan Batang Peranap yang melanda dua desa yaitu Pematang dan Selunak.
“Dua desa itu memang cukup padat penduduknya. Banjir menggenangi lebih dari 5.000 rumah warga di sana,” kata Edwar.
Menurut Edwar, seluruh kejadian alam di Riau itu diakibatkan meningkatnya curah hujan yang menyebabkan permukaan air sungai meningkat. Banjir di Rokan Hulu disebabkan meluapnya Sungai Rokan. Adapun banjir di Kuantan Singingi disebabkan melimpahnya Sungai Kuantan dan Sungai Singingi. Hampir seluruh sungai besar di Riau, yaitu Sungai Kampar, Kuantan, Singingi, Indragiri dan Rokan menghulu di wilayah Sumatera Barat.
“Banjir di Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi cukup besar. Kami sudah mengirimkan bantuan logistik dan perahu karet untuk membantu proses penyaluran bantuan dan evakuasi,” kata Edwar.
Sungai Kampar
Pada bagian lain di Kampar, aliran Sungai Kampar pun mulai meningkat dengan ketinggian rata-rata 50 centimeter menyusul dibukanya pintu pelimpah dari Waduk PLTA Koto Panjang, Kampar, Riau dalam dua hari terakhir. Akibat naiknya elevasi, akses jalan menuju Desa Rantau Baru, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan yang berada di pinggir Sungai Kampar, terputus.
“Lokasi jalan menuju Desa Rantau Baru memang rendah. Apabila aliran sungai Kampar meningkat, jalan itu akan terendam. Namun desa itu masih dapat dijangkau menggunakan perahu atau sampan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pelalawan, Hadi Penandio.
Meski demikian, daerah yang lebih dekat dengan lokasi PLTA Koto Panjang, justru belum terdampak. Air sungai memang sudah meningkat lebih 50 cm, namun belum menjangkau rumah penduduk.
Ujang (29), salah seorang penduduk Kecamatan Kuok, Kampar - daerah aliran sungai pertama setelah Waduk PLTA Koto Panjang – mengatakan, air sungai memang meningkat namun belum memengaruhi aktivitas warga. Meski demikian, warga sudah mulai mengurangi kegiatan di sungai .
“Warga kami sudah bersiap terhadap kemungkinan banjir setelah pintu pelimpah waduk dibuka. Keramba warga sudah ditempatkan di sebuah cekungan sungai, yang aliran airnya tidak terlalu kencang. Namun yang lebih kami khawatirkan adalah air sungai naik sampai ke sawah. Kalau itu terjadi, sawah bisa gagal panen,” kata Ujang.
Sejak Minggu (4/11/2018), pihak PLTA Koto Panjang membuka tiga pintu pelimpah air waduk (spillway) dengan ketinggian 30 cm. Namun curah hujan yang tinggi membuat permukaan waduk sudah melebihi batas ambang aman 82,5 meter di atas permukaan laut, sehingga pengelola memperbesar pembukaan pintu menjadi 50 cm pada Rabu lalu.