MALANG, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, memberikan klarifikasi terkait kasus lumpuhnya Wld (12), salah satu santri Pondok Pesantren Lirboyo, yang santer disebut-sebut sebagai akibat dari imunisasi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adhima saat dihubungi dari Malang, Kamis (8/11/2018), mengatakan, keluhan yang dialami Wld bukan karena imunisasi, melainkan kejadian ikutan setelah imunisasi.
”Keluhan yang dialami pasien ini kebetulan terjadinya setelah imunisasi. Kami kategorikan sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi, jadi kebetulan (coincidence),” katanya.
Fauzan menjelaskan kronologis bagaimana peristiwa itu terjadi. Awalnya, Wld menderita demam, tubuhnya panas. Karena sakit, dia dibawa pulang ke rumahnya di Desa Sumberejo Kulon, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.
Setelah menjalani perawatan di rumah, suhu tubuh Wld berangsur dingin sehingga dia kembali lagi ke tempat belajar di Pondok Pesantren Lirboyo. Sehari kemudian (24 Oktober), ada program imunisasi (Outbreak Response Immunization) difteri di Lirboyo.
”Jadi bukan imunisasi rubela, tetapi imunisasi difteri,” ucapnya.
Setelah imunisasi, Fauzan melanjutkan, dua hari kemudian Wld mengeluh kesulitan berjalan, kakinya sulit digerakkan. Sang orangtua kemudian dipanggil ke Lirboyo untuk membawa pulang kembali anaknya yang sakit. Wld kemudian dibawa ke Puskesmas Campurejo lalu dirujuk ke RSUD Dr Ishak Tulungagung.
”Oleh petugas di rumah sakit, Wld didiagnosis suspect sindrom guillain-barre. Karena dirawat tiga hari tidak ada perkembangan, Wld kemudian dirujuk ke RS Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Di RSSA, dia didiagnosis sindrom guillain-barre tadi dan masih dirawat sampai sekarang,” tuturnya.
Menurut Fauzan, sindrom guillain-barre adalah penyakit autoimun yang belum diketahui penyebabnya sampai sekarang. ”Cuman kebetulan terjadinya itu setelah imunisasi,” katanya.
Menurut Fauzan, pasien bisa pulih dalam waktu satu-dua minggu atau lebih lama dengan bantuan fisioterapi, tergantung dengan jenis virus yang menginfeksi.
Sementara itu, Kompas belum berhasil memperoleh informasi soal kondisi Wld. Pihak RSSA mengharuskan ada surat tertulis untuk bisa bertemu dengan dokter yang menangani pasien. (WER)