Disambut hujan deras, sekitar pukul 13.30, Rabu (7/11/2018), lima orang penyelamat kembali menginjakkan kaki di tanah. Mereka berhasil mengevakuasi OS (35), warga Cangkring, Desa Mendalan Wangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dari atas menara telepon selular setinggi 72 meter.
Siang itu, OS yang mencoba mengakhiri hidup dari puncak menara (tower), berhasil dibawa turun dalam kondisi selamat. Pria beranak dua yang memiliki usaha persewaan kendaraan dan kafe ini bermaksud bunuh diri lantaran masalah keluarga.
Sementara itu ratusan warga memadati area sekitar menara. Mereka berdatangan ke tempat yang berada di tepi Jalan Leces, Sonosari, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, tersebut sejak kabar soal percobaan bunuh diri itu beredar pukul 08.30. Kabar itu berembus dari mulut ke mulut maupun secara daring.
Begitu sampai di tanah—dalam kondisi tangan terikat—OS langsung digiring masuk ke dalam mobil ambulans Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang yang sudah bersiap di lokasi. Total ada dua mobil ambulans yang disiapkan saat itu.
Hujan yang kian deras pun langsung membuyarkan kerumuman warga. Mereka berlari ke segala penjuru untuk berteduh. Pun para relawan yang selama tiga jam sebelumnya “berjibaku” mengevakuasi, baik yang naik tower maupun menunggu di bawah.
Sedikitnya ada delapan komunitas relawan, mulai dari PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, hingga personel TNI dan kepolisian.
“Dia (OS) sempat mengancam hendak melompat namun akhirnya urung dan bisa turun dengan selamat,” ujar Rudi Gatot (34), salah satu relawan dari PMI Kabupaten Malang.
Selain Rudi, ada 1 rekan dari PMI Kabupaten Malang, 1 personel dari Komando Distrik Militer (Kodim) Kepanjen, dan 2 Komando Rayon Militer Pakisaji yang naik tower.
Rudi menuturkan, selama di puncak menara, dirinya sempat berkomunikasi cukup lama dengan OS. Komunikasi bersifat persuasif sampai yang agak memaksa.
“Dia (OS) sempat mengancam hendak melompat namun akhirnya urung dan bisa turun dengan selamat,” ujar Rudi Gatot (34), salah satu relawan dari PMI Kabupaten Malang.
Komunikasi persuasif, seperti membujuk agar yang bersangkutan bersedia turun. Namun dengan pertimbangan cuaca tidak kondusif, mendung tebal menggantung, akhirnya para relawan akhurnya sedikit memberikan paksaan.
“Saya takut-takutin dia, bahwa bahaya jika tetap bertahan di atas menara dalam kondisi mendung dan hujan. Saya jelaskan bahaya-bahayanya, termasuk tidak akan ada orang menolong jika dia mau melompat. Akhirnya dia pikir-pikir dan mau turun,” ucap Rudi yang mengaku bersyukur karena proses penyelamatan bisa selesai sebelum hujan turun.
Selama di atas menara, OS sempat mencurahkan permasalahan yang tengah dihadapinya. Dia dipaksa cerai oleh mertuanya. Dan OS ingin agar istri, anak, dan mertuanya, datang ke lokasi itu. Namun, hingga akhir proses evakuasi, hanya salah satu anaknya yang datang ke lokasi. Mertua dan istrinya tidak datang.
Sersan Satu Sugiono, anggota Kodim yang bersama Rudi naik ke puncak Tower mengatakan, begitu sampai di puncak dirinya langsung mengikat OS. Cara ini dilakukan untuk menghindari hal tidak diinginkan. Karena selama di atas OS bersikeras mau turun kalau istri, anak, dan mertuanya datang.
“Kendalanya hanya pada negosiasi saja karena permintaan (OS) banyak. Untuk yang lain relatif tidak ada kendala. Dia (OS) juga sempat nanya ‘untuk apa saya diikat?’ sebelum negosiasi kami lakukan,” katanya.
Upaya persuasif tidak hanya dilakukan dari atas menara. Petugas kepolisian yang berada di bawah sempat mendatangkan dan meminta teman OS dan anggota keluarganya untuk berbicara langsung kepada yang bersangkutan melalui handy talkie. Upaya itu dilakukan berkali-kali sebelum akhirnya ia bersedia turun.
OS diturunkan dalam kondisi tangan terborgol dengan tali penyelemat terikat di badan. Tangan diikat di depan guna mengantisipasi agar dia tidak berontak. Teknik turunnya juga bertingkat. OS berada di bagian tengah, diapit oleh relawan dan personel TNI di bagian atas dan bawah.
Menurut Muslimin (32), salah satu relawan, kendala penyelamatan lebih pada kondisi medan. Menara cukup tinggi dengan kondisi ruang tangga yang hanya cukup untuk satu orang. Mereka juga harus berpacu dengan cuaca. “Jadi diperlukan tali cukup panjang dan bagaimana bisa berhasil sebelum hujan turun,” katanya.
Kepala Kepolisian Sektor Pakisaji Ajun Komisaris Novian Widyantoro membenarkan bahwa alasan rumah tangga yang melatar belakangi OS bermaksud mengambil jalan pintas itu. Sebelumnya, tahun 2005 lalu, pria ini juga bermaksud mengakhiri hidup namun berhasil diketahui warga. Alasannya, juga sama, masalah keluarga.