SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng Bukalapak lewat e-commerce untuk memasarkan produk dari 12,1 juta pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang ada di daerah ini. Dengan pemasaran melalui sistem dalam jaringan atau online diharapkan produk UMKM Jatim semakin dikenal luas dan mampu bertarung di pasar luar negeri.
Gubernur Jatim Soekarwo, di Surabaya, Rabu (7/11/2018), mengatakan, Pemprov Jatim telah menandatangani kerja sama dengan CEO Bukalapak M Fajrin Rasyid di Surabaya, Senin (5/11) malam. Kerja sama itu perlu direalisasikan karena saat ini pemasaran produk harus dicoba melalui berbagai cara dan jalur agar konsumen tertarik terhadap produk dalam negeri.
Dipilah dulu produknya masuk sektor industri, selanjutnya Disperindag Provinsi Jatim akan mengecek secara detail by name by address.
Soekarwo menyebutkan, sebanyak 12,1 juta UMKM yang ada di provinsi ini terbagi dalam dua sektor, yakni industri dan jasa. Dari jumlah itu, sebanyak 7,5 juta tersebar di sektor pertanian dan 4,6 juta di sektor nonpertanian. Untuk itu, kerja sama dengan Bukalapak akan diawali dengan pemilahan jenis produk UMKM. ”Dipilah dulu produknya masuk sektor industri, selanjutnya Disperindag Provinsi Jatim akan mengecek secara detail by name by address,” katanya.
Terkait dengan pemilahan itu, Bukalapak juga diminta agar membuat penilaian atau peringkat yang menjadi corporate culture di perusahaan itu. Produk yang sudah dinilai akan diberi akses ke perbankan untuk dibantu pembiayaan karena pembiayaan dan pasar menjadi tanggung jawab pemerintah.
Soekarwo menambahkan, dengan menggandeng Bukalapak, langkah mewujudkan mimpi pelaku UMKM untuk memenangi pertarungan dalam industri dan perdagangan dapat lebih efektif dan efisien. Dengan memasarkan produk secara daring, diharapkan produk UMKM Jatim bisa menjadi pemenang dalam pertarungan pasar ASEAN.
Indikator bahwa Jatim mampu bersaing dengan ASEAN, kata Soekarwo, adalah perdagangan Jatim sudah memenangi Rp 1,5 miliar dollar AS dari pasar ASEAN. Jika dilihat dari segi industri, Jatim sudah surplus. Begitu juga dengan perdagangan antarprovinsi, 21,60 persen industri nasional berada di Jatim. Sementara, dari segi pasar, sebanyak 20,78 persen pasar dalam negeri barang-barangnya berasal dari Jatim. ”Jika gabung di Bukalapak, sasaran pasar bisa mencapai 25 persen, termasuk pasar ASEAN,” ujarnya menambahkan.
Jika gabung di Bukalapak, sasaran pasar bisa mencapai 25 persen, termasuk pasar ASEAN.
Pada November ini, Pemprov Jatim bersama dengan negara maju, seperti China, Vietnam, dan India; serta seluruh ASEAN hingga beberapa negara di wilayah Timur Tengah, pada ASEAN Competitiveness Lee Kuan Yew Institute menyusun cara terkait produk atau barang apa yang akan dipasarkan.
Dalam pertemuan itu, CEO Bukalapak Fajrin Rasyid mengakui bahwa pihaknya sangat intens melakukan kerja sama dengan Provinsi Jatim terkait pemasaran produk lokal di Jatim. Permasalahan saat ini adalah jumlah UMKM di Jatim banyak yang belum tersentuh oleh teknologi daring, padahal potensinya besar. Dari 12,1 juta UMKM di Jatim, yang telah masuk di e-commerce baru sekitar 3 persen atau 400.000.
Oleh karena itu, UKM ataupun IKM yang sudah didata Disperindag Jatim akan disambungkan dengan komunitas ataupun tim penggerak agar mereka lebih maju menjadi pelapak daring. ”Visi bekerja sama dengan Pemprov Jatim adalah memberikan ruang sebanyak-banyaknya kepada UMKM untuk dapat bergabung mempromosikan produk lokalnya,” kata Fajrin.
Penilaian produk
Bentuk kerja sama adalah mengoptimalkan peran UKM dan IKM yang terdata di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim. Pelaku UMKM ini akan disambungkan dengan komunitas Bukalapak dan penggerak UMKM dan IKM. Dengan demikian, mereka yang belum tersentuh pemasaran daring bisa maju dan memahami pemasaran secara daring sehingga bisa bergabung dan dipasarkan melalui Bukalapak.
”Langkah awal ada pengelompokan pada slot atau kamar khusus bagi pencinta produk UMKM,” kata Fajrin. Dari data itulah, pihaknya akan melakukan kerja sama dan terjun langsung berdasarkan data dari Disperindag agar UMKM bisa terbiasa memasarkan produknya secara dalam jaringan.
Langkah awal ada pengelompokan pada slot atau kamar khusus bagi pencinta produk UMKM.
Ke depan, Bukalapak ingin menjadikan UMKM di Jatim memiliki pasar atau peringkat sendiri. Oleh karena itu, Bukalapak akan menyinergikan dengan UMKM dari lapak lain agar bisa bergerak lebih sukses.
”Mereka nanti dipertemukan dengan lapak yang sukses, baik cara upload produk yang bagus dan keren dan itu bermuara pada peningkatan pasar. Jangan sampai ketika mereka sudah dibuatkan lapak khusus dan mulai banyak pembeli, ternyata UMKM tersebut tidak terkoneksi atau belum siap,” tutur Fajrin.