PURWOKERTO, KOMPAS — Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut akan membuat pusat studi gambut. Restorasi gambut terus digalakkan demi menjaga keanekaragaman hayati, mencegah kebakaran hutan dan lahan, serta bermanfaat secara optimal bagi masyarakat setempat.
”Kami masih mulai dari level dasar, yaitu survei biodiversitas. Nanti setelah itu kami masuk ke bioteknologi,” ujar Ketua Panitia The South-East Asian+ Conference on Biodiversity and Biotechnology Romanus Edy Prabowo, Selasa (6/11/2018) di Purwokerto.
Romanus menyampaikan, bulan lalu tim dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berkunjung ke Riau bersama dengan tim dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Riau.
”Yang menjadi tantangan, gambut adalah lingkungan yang sangat berbeda dengan tanah-tanah yang lainnya. Yang menarik buat kami adalah biodiversitas yang ada di lahan gambut,” ucapnya.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead menyebutkan, pihaknya bekerja sama dengan 15 universitas dalam negeri dan 5 universitas luar negeri untuk mengoptimalkan restorasi gambut.
”Banyak hal yang dapat dipelajari bersama dan universitas di Indonesia dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi itu memiliki banyak peran. Kami bekerja di tujuh provinsi dan melibatkan semua universitas yang ada di sana,” ujar Nazir.
Seperti diberitakan Kompas (22/9/2017), BRG memiliki target untuk merestorasi 400.000 hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah serta membuat 5.025 sumur bor dan 1.654 sekat kanal. BRG juga akan menutup kanal primer blok A bekas proyek lahan gambut secara permanen di wilayah Kabupaten Kapuas.
Terkait hal itu, Nazir menyampaikan, dalam dua tahun terakhir, BRG memiliki target merestorasi 600.000 hektar gambut. ”Tahun 2017 targetnya 200.000 hektar di lahan masyarakat dan pemerintah. Tahun ini 400.000 hektar. Total kalau berhasil 600.000 hektar. Tapi ini masih kita tunggu sampai Januari, masih on going. Semoga tercapai 100 persen,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Nazir, restorasi juga dilakukan di lahan pemegang konsesi. ”Ibu Menteri melalui Dirjen Pengendalian Pencemaran telah mengeluarkan peraturan dan mendorong perusahaan melakukan kegiatan restorasi pemulihan gambut. Sudah 2,5 juta hektar pemilik konsesi menyerahkan rencana pemulihannya. Tentu rencana sudah bagus, tapi tidak cukup dan perlu diberi asistensi dan dipantau,” tuturnya.
Dekan Fakultas Biologi Unsoed Profesor Imam Widhiono menyebutkan, melalui kegiatan The South-East Asian+ Conference on Biodiversity and Biotechnology: Bridging SEA Scientist in Managing Peatland and Biodiversity through Biotechnology, Unsoed ingin menjembatani antarpakar di Asia Tenggara tentang bagaimana mengelola lahan gambut, ekosistem, bioteknologi, dan keanekaragaman hayati.