SOLO, KOMPAS — Berita-berita bohong atau hoaks hingga kini masih mudah ditemui dan terus berseliweran di berbagai platform media sosial. Penyebaran hoaks di media sosial hanya bisa dilawan dengan peningkatan literasi.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dadang Sunendar saat membuka Festival Literasi di Solo, Jawa Tengah, Selasa (6/11/2018), mengatakan, literasi atau kemampuan melek huruf yang termasuk di antaranya adalah kemampuan membaca serta menulis menjadi salah satu cara utama menangkal penyebaran berita bohong. ”Kemampuan literasi seseorang itu ibarat ilmu kebal (melawan hoaks) bagi seseorang,” ujar Dadang.
Dadang mengatakan, seseorang dengan tingkat literasi yang baik dengan bekal berbagai bahan bacaan yang berguna, ketika menerima informasi, secara otomatis memiliki kemampuan menyaring informasi itu benar atau hoaks. Karena itu, seseorang dengan tingkat literasi yang baik tidak akan termakan berita bohong. ”Satu-satunya jalan (melawan hoaks), ya, dengan meningkatkan literasi, tidak ada jalan lain,” ujarnya.
Dadang mengatakan, upaya mendorong literasi masyarakat dan pelajar terus dilakukan, antara lain dengan meluncurkan dan membagikan buku-buku sebagai bahan belajar dan bacaan untuk pelajar ataupun masyarakat. Pekan lalu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah meluncurkan 546 judul buku baru sebagai bahan belajar untuk peserta didik dan masyarakat.
”Tahun depan kita akan mencetak, mudah-mudahan bisa lebih dari 400.000 buku, yang akan kita edarkan ke wilayah tiga T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Kami sudah bekerja sama dan berkoordinasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk membicarakan wilayah-wilayah mana yang akan kita bantu,” tuturnya.
Dadang mengatakan, hasil tes Programme for International Students Assessment (PISA) 2015, kompetensi membaca siswa mendapatkan nilai 397, hanya naik satu poin dari tahun 2012, yaitu 396.
Namun, pada 2018, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melakukan kajian setara tes PISA untuk mengukur kompetensi membaca siswa dengan mengambil sampel lebih dari 6.500 siswa kelas X atau kelas I SMA di 34 provinsi. Hasilnya nilai rata-rata siswa mencapai 489, lebih tinggi dari hasil tes PISA.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Solo Sis Ismiyati mengemukakan, Pemerintah Kota Solo terus berusaha mendorong peningkatan literasi masyarakat. Upaya itu, antara lain, adalah mendekatkan perpustakaan kepada masyarakat dengan mengoperasikan tujuh kendaraan perpustakaan keliling dan juga memiliki pustakawan bergerak. ”Mobil perpustakaan keliling itu siap jemput bola warga yang ingin membaca buku,” katanya.