BALIKPAPAN, KOMPAS — Hari Belajar di Luar Kelas atau Outdoor Classroom Day dilangsungkan secara serentak, Kamis (1/11/2018) ini di seluruh dunia. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, misalnya, Sekolah Luar Biasa Negeri Balikpapan dipilih sebagai lokasi, sekaligus juga mendeklarasikan sekolah ramah anak.
Hari Belajar di Luar Kelas/OCDay merupakan kampanye global untuk menginspirasi aktivitas belajar di luar kelas, minimal 90 menit setiap hari. Jutaan anak dari ribuan sekolah di lebih dari 120 negara ikut ambil bagian dalam kampanye ini.
Kampanye global di Indonesia tahun ini serentak dipusatkan di beberapa sekolah, salah satunya Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Balikpapan. Hampir 300 siswa mengikuti serangkaian aktivitas selama sekitar 3 jam.
Di halaman sekolah, mereka bernyanyi bersama, senam, mengikuti permainan tradisional, mencuci tangan, berdoa, menyantap bekal bersama yang disiapkan dari rumah, dan saling mengucapkan salam. Mereka merayakan kegembiraan bersama guru-gurunya juga.
”Kita harus membuat anak-anak belajar dengan cara yang tidak membosankan,” ujar Lies Rosdianty, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, di SLBN Balikpapan.
Anak-anak diharapkan dapat menerapkan dan berperilaku antara lain pembentukan karakter positif, iman dan takwa, kesehatan, adaptasi perubahan iklim, pelestarian permainan tradisional, cinta Tanah Air, literasi, pengurangan risiko bencana, dan mendorong sekolah ramah anak (SRA).
Pelaksanaan OCDay selaras dengan amanat Presiden Joko Widodo agar setiap sekolah melakukan proses pembelajaran di luar kelas lebih banyak, dengan persentase 60 persen.
Sri Wahjuningsih, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Balikpapan, mengatakan, sepertiga waktu anak adalah di sekolah. Pelajaran bisa memberatkan mereka sehingga aktivitas luar kelas sangat diperlukan. ”Ini adalah pemenuhan hak anak,” katanya.
Rangga Pratama, siswa SLBN Balikpapan kelas IX, gembira mengikuti aktivitas selama 3 jam ini. Seusai OCDay, mereka lalu ke hal sekolah mendeklarasikan sekolah ramah anak. Acara itu diisi antara lain pentas seni dari sejumlah siswa, seperti tari-tarian, menyanyi, dan baca puisi.
”Senang sekali. Permainan yang saya suka bola tenis, bermain permainan tradisional, juga, karena sebelumnya enggak ada. Saya ingin ini bisa rutin di sekolah, dua bulan sekali,” kata Rangga, yang adalah penyandang disabilitas penglihatan (tunanetra) ini.
Kepala SLBN Balikpapan Mulyono mengatakan, aktivitas siswa di luar kelas sudah ada, tetapi tetap dirasa kurang. ”Yang seperti ini (OCDay), yakni semua siswa keluar kelas bersama-sama, di SLB ini, masih jarang,” kata Mulyono.
Hari ini, setidaknya 3.464.843 anak-anak di 27.819 sekolah di seluruh dunia terlibat dalam OCDay. Sebanyak 927.395 partisipan adalah anak-anak di seluruh Indonesia, yang mewakili 5.556 sekolah/madrasah di Indonesia. Sekitar 1 juta anak Indonesia berpartisipasi, yang berasal dari lebih kurang 10.000 satuan pendidikan.
Indonesia memulai OCDay sejak tahun 2017, yang diawali dengan kerja sama antara Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA dan Ketua OCDay Global yang berpusat di London, Inggris. Saat pertama berpartisipasi, Indonesia meraih kategori terbaik kedua setelah Inggris.
Hal itu tercapai karena jumlah sekolah yang mengikuti dan melaksanakan OCDay di Indonesia semarak dengan berbagai tema. Pada tahun 2018, Indonesia berpartisipasi kembali dengan 11.097 SRA yang tersebar di 236 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.