Palu Makin Menggeliat
Aktivitas ekonomi di wilayah terdampak bencana menggeliat. Toko, swalayan, dan tempat makan mulai banyak buka. Warga makin mudah mendapatkan barang yang diperlukan.
PALU, KOMPAS Aktivitas ekonomi di daerah terdampak bencana di Sulawesi Tengah belum sepenuhnya normal. Meskipun demikian, wilayah terdampak itu terus membaik seiring makin kondusifnya situasi. Masyarakat pun kian mudah mendapatkan berbagai barang kebutuhan hidup.
Jumlah toko ritel, swalayan, warung, dan tempat makan yang kembali beroperasi setelah bencana gempa bermagnitudo 7,4 pada 28 September lalu terus bertambah. Salah satunya Grand Hero Swalayan, Jalan Jenderal Basuki Rahmat, Kota Palu, Sulteng, Rabu (31/10/2018). Konsumen tampak mengantre untuk membayar di kasir sambil menenteng berbagai barang kebutuhan.
Pemilik Grand Hero Swalayan, Herlina (58), menuturkan, swalayan beroperasi kembali pada 15 Oktober, dua minggu lebih setelah gempa yang disusul tsunami dan likuefaksi. ”Kami sudah merasakan, orang mencari kebutuhan setelah gempa itu pusing sehingga kami berusaha buka secepat mungkin,” ucapnya.
Herlina merasa tenang karena aparat kepolisian berjaga di sekitar toko swalayan. Terkait harga, Herlina mengatakan, stok barang sebelum gempa cukup untuk penjualan satu bulan sehingga ia masih bisa menjual dengan harga sama.
Ia mengatakan, terjadi peningkatan omzet penjualan hingga dua kali lipat dibandingkan sebelum bencana. Selain dipicu meningkatnya pembelian warga, menurut Herlina, juga karena banyak pihak membeli barang untuk disumbangkan kepada penyintas bencana.
Seorang pemilik kios kelontong di Kota Palu, Anti (35), baru berani membuka kiosnya, Senin (29/10). Sebelumnya, ia memilih berjualan di luar kios menggunakan meja. Kios ditutup rapat karena khawatir barang dagangannya dicuri. ”Saat itu, kami masih takut diserbu penjarah,” ujarnya.
Nilai penjualan di kios Anti saat ini Rp 1 juta-Rp 2 juta per bulan, hampir sama dengan sebelum gempa. Namun, harga sejumlah produk sedikit naik karena stok langka. Contohnya, gula pasir dijual dengan harga Rp 15.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 14.000 per kg.
Sejumlah toko ritel besar dan swalayan berjejaring juga sudah mulai buka. Vice President Corporate Communication Transmart Carrefour Satria Hamid mengatakan, Transmart Palu mulai beroperasi pada 6 Oktober. Namun saat itu, layanan dibuka terbatas.
Pelanggan hanya diminta menyerahkan daftar belanja kepada petugas di pelataran toko lalu petugas mengambilkan barang. Saat itu, pembayaran dilakukan secara manual dan tidak melayani kartu debit atau kredit karena listrik masih padam. ”Baru pada 19 Oktober konsumen bisa memilih barang sendiri. Mulai saat itu pelayanan dan perbelanjaan berjalan normal,” ujarnya.
Transmart juga mencatat peningkatan jumlah pembeli. Dari semula sekitar 600 orang per hari kini meningkat 70 persen. Guna memenuhi kebutuhan warga, ujar Satria, Transmart meningkatkan pasokan barang. Sebelum gempa pengiriman hanya 2-3 truk per bulan, dalam beberapa hari ini pengiriman dilakukan 4-5 truk per hari. Hal itu untuk menjaga ketersediaan barang sehingga harga jual tidak naik.
Secara terpisah, Arif L Nursandi, Corporate Communication Manager PT Midi Utama Indonesia, menuturkan, operasional 41 outlet Alfamidi di Palu, Donggala, dan Parigi Moutong belum normal. Sebagian besar outlet rusak dan dijarah. Kini hanya tujuh outlet yang beroperasi.
Gudang Alfamidi di Kayumalue belum beroperasi penuh karena rusak. Akibatnya, pasokan barang terganggu. Namun, Alfamidi berupaya tetap menyediakan kebutuhan warga.
”Indikator Palu bangkit adalah perekonomian. Tidak ada alasan bagi kami untuk tutup terus. Kami ingin karyawan kami bangkit dan tidak terus terpuruk. Tidak ada satu karyawan pun yang kami rumahkan. Karyawan di outlet yang rusak kami pindahkan sementara ke tempat yang sudah beroperasi,” ujarnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulteng Miyono mengatakan, terus bertambahnya jumlah toko dan ritel yang beroperasi menunjukkan perekonomian Sulteng di wilayah terdampak bencana telah lebih baik meski belum normal. Sektor yang terpuruk di antaranya lapangan usaha akomodasi serta makan dan minum karena banyak bangunan rusak.
Daya beli masyarakat di Sulteng, terutama di area terdampak gempa, berpotensi menurun. Namun, BI Sulteng belum bisa mendata daya beli masyarakat.
Meski demikian, Miyono meyakini penurunan tidak terlalu signifikan karena perekonomian Sulteng cukup kuat. Salah satu indikasinya, pada 2017, pertumbuhan ekonomi Sulteng tertinggi ketiga secara nasional, yakni 7,14 persen. Bahkan, tahun 2016, Sulteng menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, yakni 9,98 persen.
Ditarik dari Palu
Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Penanggulangan Bencana Gempa Bumi, Tsunami dan Likuefaksi Mayjen TNI Tri Soewandono mengatakan, masa tanggap darurat ke-2 telah berakhir dan beralih ke masa transisi darurat menuju pemulihan. Karena itu, tugas Kogasgabpad dinyatakan selesai.
”Satuan-satuan yang tergabung dalam Kogasgabpad akan dipulangkan ke kesatuan masing-masing,” kata Tri di Markas Korem 132/Tadulako, Palu, Selasa (30/10), saat melepas keberangkatan 145 prajurit TNI dari satuan Brigade Infanteri 22/Ota Manasa Gorontalo dan delapan personel dari penerbangan TNI AU kembali ke satuan masing-masing.
Personel dari Brigade Infanteri 22/Ota Manasa kembali ke Gorontalo, sedangkan delapan pilot TNI AU akan kembali ke Jakarta.
Tri Soewandono mengatakan, TNI dan komponen lain melaksanakan tugas kemanusiaan untuk mempercepat roda perekonomian serta kehidupan setelah gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi. ”Kita semua bahu-membahu. Saya mengucapkan terima kasih bagi para pihak yang banyak membantu kesulitan masyarakat di Sigi, Donggala, dan Palu,” katanya.
Ia mengapresiasi para penerbang TNI AU yang telah mengirimkan bantuan lewat udara untuk masyarakat yang akses ke desanya tertutup akibat tanah longsor. ”Saat ini, jalur darat sudah berfungsi kembali, maka pengiriman bantuan lewat udara kita hentikan,” katanya.
Rumah instan Lombok
Hari Selasa, Panglima Kogasgabpad Rehabilitasi dan Rekontruksi NTB Mayjen TNI Madsuni meninjau pencetakan panel untuk bangunan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) yang dikerjakan oleh aplikator di Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kecamatan Sambelia, Lombok Timur.
Madsuni meminta agar upaya pembangunan kembali rumah warga yang rusak dipercepat.
”Kami berharap pihak aplikator bisa memenuhi target pencetakan panel Risha kalau bisa produksinya ditingkatkan 100 rumah per hari sehingga dapat membantu percepatan pembangunan kembali rumah warga yang rusak,” kata Madsuni yang didampingi oleh Dansatgas Kogasgabpad Kolonel Inf Farid Makruf. (GER/JOG/EDN)