Nelayan Diimbau Tak Mendekati Lokasi Jatuhnya Lion Air
Oleh
Tatang Mulyana Sinaga/Machradin Wahyudi Ritonga
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Kepala Korps Kepolisian Perairan dan Udara Inspektur Jenderal Chairul Noor Alamsyah mengimbau nelayan tidak mendekati lokasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018). Ini karena tim evakuasi gabungan sudah memetakan lokasi tersebut dan membagi tugas pencarian.
”Nelayan diminta membantu pencarian di sekitar pesisir saja. Tidak perlu sampai ke lokasi jatuhnya pesawat karena sudah ada satuan tugas tertentu yang mencari di sana,” ujar Chairul di Pantai Tanjung Pakis, Pakisjaya, Karawang.
Warga setempat juga diharapkan segera melapor ke posko pencarian jika menemukan korban atau puing pesawat. Informasi sekecil apa pun tetap dibutuhkan untuk membantu pencarian.
Chairul mengatakan, Polri mengerahkan lebih dari 1.000 personel yang tergabung dalam tim evakuasi. Tim tersebut terdiri dari penyelam, polisi air, dokter, dan Brimob.
Terdapat sekitar 100 nelayan di perairan Pakisjaya. Sejak Senin, 29 Oktober, nelayan sudah diminta oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk membantu pencarian korban dan bangkai pesawat.
”Untuk penyelaman sudah ada tim khusus. Nelayan bisa membantu memberikan informasi jika menemukan puing pesawat atau barang-barang korban,” ujar Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
Suhendar (38), nelayan Pakisjaya, mengatakan, lokasi jatuhnya pesawat merupakan tempat nelayan biasa mencari ikan. Beberapa nelayan juga melihat puing-puing pesawat di lokasi itu.
”Nelayan membantu dengan sukarela. Ketika melaut, kami juga mengamati sekeliling untuk memantau benda-benda di permukaan air. Bisa saja korban dan puing-puing terbawa arus ke beberapa lokasi,” ucapnya.
Sementara itu, tim penyelam Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut menemukan turbin dan ekor pesawat. Ekor pesawat telah diangkut ke Tanjung Priok, sementara lokasi turbin telah ditandai dan akan diambil secepatnya.
Komandan Satuan Kopaska Komando Armada Barat Satu Kolonel Laut Johan Wahyudi mengatakan, lokasi turbin ditandai menggunakan global positioning system. Pencarian, lanjutnya, akan tetap dilanjutkan dengan konsentrasi mencari korban dan puing-puing pesawat.
”Dari informasi Badan SAR Nasional, pencarian tetap dilakukan selama tujuh hari. Namun, apabila dibutuhkan, bisa ditambah. Semua sesuai koordinasi dari posko pusat. Kami tetap bersiaga dengan kekuatan penuh,” tuturnya.
Johan menambahkan, pergeseran dari titik awal hilang kontak ke titik penemuan kotak hitam mencapai 500 meter. Selain mencari bagian dari kotak hitam lainnya yang berisi voice data recorder (rekaman data suara), pihaknya juga diprioritaskan mencari kerangka pesawat dan mengevakuasi korban.
Tim penyelam beranggotakan sekitar 30 personel dengan menggunakan delapan perahu cepat Sea Rider dan dua perahu karet. Salah satu komandan tim penyelam, Letnan Satu Dahlan, menjelaskan, tim telah menandai beberapa lokasi yang berisi potongan logam sebagai patokan untuk mencari potongan lainnya.
Setelah penemuan salah satu bagian dari kotak hitam di perairan Karawang, Pos SAR Pantai Tanjung Pakis masih melakukan pencarian sesuai koordinasi pusat.
Koordinator Humas SAR Kantor Bandung Joshua Banjarnahor mengatakan, di pos tersebut terdapat 535 petugas gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, pemerintah daerah, serta sukarelawan potensi SAR.
”Tidak ada petugas yang bergeser. Kami masih dalam kekuatan penuh dengan menggunakan 22 perahu karet,” ujarnya.