MALANG, KOMPAS-Air di Waduk Sutami atau biasa disebut Waduk Karangkates di Kabupaten Malang, Jawa Timur, kian menyusut. Elevasi permukaan air waduk sampai dengan hari Rabu (31/10/2018) sudah mencapai 256,68 meter di atas permukaan laut (mdpl). Elevasi terendah waduk ini tercatat 259,97 mdpl.
Dari pengamatan Kompas di salah satu titik, yakni di Dusun Kecopokan, Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, tanda penyusutan air cukup terlihat. Kawasan perairan tengah waduk September lalu masih tertutupi air,dengan tingkat elevasi 264,26 mdpl. Kini kawasan itu sudah kering.
Demikian pula bibir waduk. Bibir yang berupa hamparan tanah makin melebar, menyisakan tonggak bambu menjulang. Tonggak ini sebelumnya dipakai untuk tiang penyangga jaring sekat nelayan setempat. Bibir waduk yang mengering pun dimanfaatkan oleh warga untuk menanam jagung dan tanaman palawija lainnya.
“Tahun ini penyusutannya lebih parah dari tahun lalu. Dulu surutnya tidak sampai segini,” ujar Budi (60), salah satu pemancing asal Sukun, Kota Malang. Menurut Budi sejauh ini di kawasan Waduk Sutami belum pernah turun hujan. Cuaca pun sangat terik.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan, saat dihubungi melalui Whatsapp, mengatakan, rendahnya permukaan air waduk ini disebabkan oleh minimnya suplai air dari Sungai Brantas. Bila air di Bendungan sudah mencapai elevasi 255 mdpl maka operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Sutami akan dihentikan.
Menurut Raymond, saat itu pelepasan air ke arah hilir tetap dilakukan tanpa melalui turbin PLTA. Pelepasan air tetap dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kekeringan di daerah hilir.
Untuk mencegah kekurangan air di waduk selama puncak kemarau kali ini, menurut Raymond, pihaknya terpaksa membatasi debit air yang keluar (pelepasan) menjadi 33 meter kubik (m3) per detik. Berdasarkan catatan Kompas, pada pertengahan September lalu, debit air yang keluar dari waduk masih sebesar 61,97 m3 per detik.
“Debit ini (33 m3 per detik) adalah sesuai pola operasi waduk yang disepakati bersama Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (TKPSDAWS) Brantas yang beranggotakan berbagai institusi,” ujarnya.
Tujuan pengaturan debit air yang dilepaskan, menurut Raymond semata-mata untuk menjamin ketersediaan air di hilir Sungai Brantas. Hal ini penting karena hilir Brantas masih dimanfaatkan oleh berbagai sektor, khususnya air baku perusahaan air minum daerah.
Seperti diketahui Sungai Brantas mengalir di belasan kabupaten/kota di Jawa Timur. Saat ini Perum Jasa Tirta I juga tengah berkoordinasi dengan TKPSDAWS untuk memerbaiki pola operasi waduk dan mengatur kembali alokasi air yang mengalir ke Brantas.
Sebelumnya, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Klimatologi Karangploso Malang, Anung Suprayitno, mengatakan, rata-rata musim hujan untuk wilayah Malang diperkirakan terjadi pada bulan November.
Namun, untuk wilayah Malang timur yang berdekatan dengan Kabupaten Lumajang, musim hujan datang lebih awal, yakni pada akhir Oktober. Menurut Anung hujan yang turun saat ini belum merata di semua wilayah. “Saat ini baru musim pancaroba dari kemarau ke penghujan. Selama musim pancaroba ada hujan namun durasinya biasanya singkat meskipun lebat,” katanya.