SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 10 mahasiswa Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, mengikuti kuliah sementara di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur. Langkah ini merupakan implementasi dari kebijakan Unair terhadap mahasiswa Universitas Tadulako yang menjadi korban gempa dan tsunami.
Rektor Unair Mohammad Nasih, Rabu (31/10/2018) di Surabaya, mengatakan, ke-10 mahasiswa tersebut sudah mulai menjalani kuliah sit in sejak seminggu lalu. Mereka mengambil beberapa mata kuliah seperti ketika di Universitas Tadulako.
Ke-10 mahasiswa itu berasal dari tiga jurusan, yakni Ilmu Hukum (4 orang), Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (2 orang), serta Akuakultur (4 orang).
”Kami berharap mereka menjalani kuliah hingga akhir semester sehingga nilai akademik bisa disampaikan ke universitas asal,” kata Nasih.
Dia menambahkan, Unair siap membantu jika ada mahasiswa yang kesulitan biaya. Kampus akan menindaklanjuti permintaan bantuan melalui dana dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp 1 juta per bulan.
Mayoritas mahasiswa yang saat ini kuliah di Unair ini memiliki keluarga di Surabaya. Mereka kini tinggal sementara di rumah keluarga tersebut selama melanjutkan kuliah di Unair. Adapun bagi mahasiswa yang tidak memiliki keluarga di Surabaya, pihak kampus memberikan pendampingan untuk mencari tempat indekos yang memadai.
Salah satu mahasiswa Universitas Tadulako, Nikita Syahrin Maqfira (18), mengatakan, dirinya memilih kuliah sit in di Unair karena ada keluarganya yang tinggal di Surabaya. Selama menjalani kuliah, mahasiswa Ilmu Hukum itu tinggal di daerah Tanjung Perak, Surabaya.
Mahasiswa lainnya, Koko Putra Sihombing, mengatakan, Unair dipilih karena merupakan kampus dengan akreditasi A. ”Meskipun kami diimbau untuk kembali ke Universitas Tadulako pada 5 November, saya memilih menyelesaikan semester ini di Unair karena masih trauma,” ujarnya.