MATARAM, KOMPAS - Generasi muda masa depan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, terancam perkembangan fisik dan intelegensianya menyusul tingginya angka stunting (tubuh kerdil) bagi bayi usia di bawah lima tahun. Oleh sebab itu, pemenuhan asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan, baru lahir sampai 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), menjadi langkah awal melahirkan anak bangsa yang sehat dan cerdas.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Lombok Barat, M Abdullah, yang didampingi Kepala Bagian Humas Lombok Barat, Saeful Ahkam, Kamis (25/10/2018), menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Prevalensi stunting di Indonesia masuk dalam kelompok tinggi, bersama negara-negara Afrika dan Asia Selatan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI tahun 2013, sedikitnya ada 37 persen atau sekitar 9 juta anak balita di Indonesia mengalami masalah stunting. Di NTB mencapai sekitar 150 ribu anak. Di Lombok Barat, dari 65.000 balita, sebanyak 32 persen mengalami stunting. “Itu angka serius,” ujar Abdullah.
World Health Organisation/WHO menetapkan batas toleransi 20 persen dari total jumlah balita. Artinya, dengan prevalensi 32 persen angka stunting di Lombok Barat, lebih rendah dari angka nasional, meski lebih tinggi dari yang ditetapkan WHO.
Tingkat stunting itu cenderung membaik, karena Lombok Barat mampu memenuhi 16 poin yang ditetapkan, sehingga tahun 2016 angka stunting yang semula 49 persen menurun menjadi 32 persen, kata Abdullah.
Menurut Saeful Ahkam, keberhasilan itu ditambah komitmen dari kepala daerah dalam mengatasi stunting, tahun 2017 pemerintah pusat menetapkan empat daerah termasuk Lombok Barat sebagai percontohan penurunan angka stunting.
Stunting dapat diidentifikasi saat bayi baru lahir. Misalnya, jika panjang tubuhnya kurang dari 47 sentimeter saat lahir, digolongkan bayi bertubuh kerdil. Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan sebagai penyebab stunting, yang kemudian berpengaruh pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, penurunan produktivitas dan bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen.
Pentingnya mengatasi stunting ditekankan oleh Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Lombok Barat, Khairatun Fauzan Khalid, selaku narasumber dalam kegiatan sosialisasi 1000 HPK, Rabu (24/10/2018) di Kantor Aula Bupati Lombok Barat.
Sosialisasi yang diikuti para kader se-Lombok Barat ini bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang 1000 HPK yang berpengaruh dominan terhadap tumbuh kembang anak. Para kader memiliki peran penting dalam memantau perkembangan anak hingga usia 6 tahun yang merupakan usia emas bagi seseorang, ujar Khairatun.