Masih Ada Lahan Terbakar, Status Siaga Darurat Belum Dicabut
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Walau sejumlah daerah sudah memasuki musim hujan, namun kebakaran lahan masih ditemukan. Inilah yang menjadi alasan status siaga darurat asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan belum dicabut. Walau demikian, persiapan posko dan peralatan menghadapi bencana banjir dan longsor sudah dipersiapkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah, Selasa (16/10/2018) menuturkan hingga saat ini status siaga darurat asap akibat karhutla masih ada. “Memang terjadi kebakaran, namun titiknya tidak sebanyak beberapa minggu lalu,”katanya.
BPBD Sumsel mencatat kebakaran masih terjadi di kecamatan Jejawi, SP Padang, Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, kemudian terjadi di Kecamatan Rambutan kabupaten Banyuasin. Adapun catatan BPBD jumlah titik panas dalam empat hari terakhir kurang dari 10 titik.
Iriansyah mengatakan, hingga saat ini, pihaknya masih mengevaluasi kondisi lapangan. Apabila dalam beberapa hari ke depan tidak ada lagi kebakaran lahan, bisa saja status siaga darurat asap yang akan habis pada 30 Oktober mendatang, tidak akan diperpanjang. “Kami akan berkoordinasi dengan semua pihak terkait mulai dari BMKG, Manggala Agni, dan pihak lainnya untuk menentukan apakah status (siaga darurat asap) itu dicabut atau tidak,” ungkapnya.
Kalaupun nantinya status siaga darurat asap dicabut, lanjut Iriansyah, tidak semata-mata langsung beralih ke status siaga darurat banjir dan longsor. Status siaga darurat baru ditetapkan apabila ada sejumlah daerah yang mengalami musibah.
Iriansyah mengatakan beberapa daerah yang berpotensi mengalami bencana banjir adalah Palembang , Musi Banyuasin, Musi Rawas, Banyuasin, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir. Kawasan ini berada di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan sungai. Adapun untuk resiko longsor ada di kawasan Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu, Empat Lawang, dan sebagian Muara Enim.
Khusus untuk kawasan berpotensi longsor, lanjut Iriansyah, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas Pekerjaan Umum di kabupaten/kota untuk menyiapkan alat berat di sekitar daerah rawan. Tujuannya agar dampak longsor dapat tertangani segera. Koordinasi juga dilakukan dengan tim SAR apabila berdampak pada jatuhnya korban.
Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo, mengatakan pada Oktober ini, di belahan bumi bagian utara khususnya Asia tenggara sudah memasuki musim hujan. Termasuk beberapa daerah di Sumsel seperti Kabupaten Musi Rawas.
Adapun untuk wilayah Sumatera selatan secara keseluruhan, musim hujan diperkirakan mulai datang pada dasarian I atau dasarian II bulan November. “Kini sebagian besar wilayah memasuki masa peralihan yang ditandai dengan hujan lebat sesaat, petir, dan angin kencang,” katanya.
Nandang mengatakan, di masa peralihan, curah hujan masih berada di bawah 50 mm per dasarian. Berbeda pasa masa musim hujan nanti yang diperkirakan curah hujan akan berada pada intensitas 50 mm-150 mm per dasarian. Adapun puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari-Maret.
Hujan Es
Fenomena hujan es (hail) terjadi kelurahan Jogoboyo, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Senin (15/10/2018) sore. Sebelum terjadi hujan es terjadi cuaca buruk dan angin kencang. Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Beny Setiaji mengatakan fenomena itu terjadi karena adanya aktivitas awan Cumulonimbus yang signifikan di wilayah tersebut.
Fenomena hail ini sangat jarang terjadi di wilayah tropis. Biasaya, hail akan disertai angin kencang (puting beliung) dan butiran air (droplets) yang jatuh masih berupa butiran es. Kondisi ini terjadi karena komposisi dari awan cumulonimbus sendiri berupa butiran air, uap air, esdan kondisi dimana gerakan udara naik ke atas pada tingkat yang sangat lemah. Hujan es terjadi sangat cepat sekitar 1 menit-5 menit, selanjutnya akan diikuti dengan hujan biasa.