PANYABUNGAN, KOMPAS - Potensi bencana pada peralihan dari kemarau ke musim hujan memakan korban di Sumatera Utara. Perusakan hutan diduga ikut memicunya.
Banjir dan longsor akibat curah hujan tinggi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, merenggut 17 korban jiwa. Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal menetapkan masa tanggap darurat hingga Kamis (18/10/2018).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mandailing Natal menyatakan, bencana alam menerjang 16 kecamatan dari 33 kecamatan, Jumat (12/10). Selain korban tewas, sekitar 2.400 rumah terendam dan lebih dari 2.000 rumah tangga mengungsi.
Kondisi terparah terjadi di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut. Sebanyak 12 siswa madrasah tewas saat sekolah mereka dihantam banjir bandang.
Setelah banjir surut, Desa Muara Saladi dipenuhi material banjir bandang dan kayu-kayu besar. Ratusan warga Muara Saladi masih mengungsi di kantor Kecamatan Ulu Pungut.
Korban meninggal lainnya adalah tiga pekerja gorong-gorong di Kecamatan Muara Batang Gadis yang terkena longsor. Selain itu, dua penumpang minibus tewas setelah mobil yang mereka tumpangi masuk ke Sungai Batang Gadis, Kecamatan Kutanopan. Para korban itu sudah dimakamkan keluarga.
Kepala Bidang Program BPBD Kabupaten Mandailing Natal Muhammad Rayhan Lubis, Minggu, mengatakan, data sementara menyebutkan, 53 rumah rusak berat dan 13 rusak ringan. Sejumlah fasilitas umum juga rusak.
Kondisi parah juga terjadi di Kecamatan Muara Batang Gadis. Enam desa terendam banjir dengan ketinggian air antara 1,5 meter dan 3,5 meter. Enam desa itu adalah Desa Hutarim Baru, Rantan Panjang, Lubuk Kapundung, Tagilang, ST I Singkuang, dan ST II Singkuang. Di desa tersebut, sebuah sungai yang bermuara di Sungai Batang Gadis meluap.
”Secara keseluruhan, air sudah mulai surut. Sebagian pengungsi sudah pulang ke rumah masing-masing. Namun, potensi hujan masih ada sehingga banyak warga waswas air naik lagi,” kata Rayhan.
Waspada
Bantuan kepada para korban terus berdatangan. Dia mengatakan, bantuan sudah diterima warga, tetapi masih untuk kondisi darurat. Warga masih membutuhkan bantuan lain karena peralatan rumah tangga rusak terendam banjir.
”Posko kesehatan juga telah didirikan di desa terdampak menggunakan fasilitas puskesmas setempat, termasuk di RSU Husni Thamrin di Kecamatan Natal,” katanya.
Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis mengatakan belum ada laporan adanya orang hilang akibat kejadian ini. Sebanyak 11 titik longsor yang menutup ruas jalan provinsi perlahan sudah bisa diatasi
Ke depannya, Riadil mengimbau pemda dan masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir dan longsor. Berdasarkan data Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan, Sumut sudah memasuki musim hujan bercurah tinggi. Alasannya, terjadi konvergensi dan gangguan badai tropis di perairan Sumut dari Laut China Selatan. Kondisi ini rentan meningkatkan peluang munculnya hujan lebat.
Terkait hal itu, anggota staf kebencanaan Walhi Sumut, Roy Lumban Gaol, mengatakan, berdasarkan analisis yang dilakukan pihaknya, titik banjir dan longsor terparah berada di hulu Kecamatan Ulu Pungkut, tetapi dampaknya meluas hingga ke hilir. Diduga, ada pembukaan area hutan tanpa izin di hulu Ulu Pungkut. (WSI)