Api Mengganas di Tengah Udara yang Makin Panas
Kemarau panjang bukan hanya berpotensi memicu kekeringan dan kesulitan air untuk irigasi pertanian ataupun kebutuhan air bersih buat mandi, cuci, kakus. Panas terik juga lebih mudah memicu kebakaran.
Kebakaran bisa melanda hutan, rumah, pabrik, dan bahkan padang ilalang. Pemicunya bisa saja pembakaran sampah, puntung rokok, kompor elpiji bocor, hingga hubungan pendek arus listrik. Wilayah Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro saat ini dilanda kesulitan air yang sekaligus rawan kebakaran.
Terakhir kali, tumpukan kayu dan bambu untuk pembangunan tribune Stadion Surajaya, Lamongan, terbakar pada Jumat (12/10/2018) sekitar pukul 05.00. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan aparat kepolisian. Informasi kebakaran yang berlangsung 20 menit itu pun tersebar lewat berbagai media sosial.
Titik kebakaran ada di bagian stadion sisi selatan agak ke barat daya. Kebakaran tidak sampai merembet ke stadion. Bupati Lamongan Fadeli dan sejumlah pejabat meninjau lokasi dan mengamati kayu dam bambu bekas sisa-sisa pembangunan stadion yang terbakar.
Direktur PT Kartika Hasta Makmur Abadi, Kartika Asianto—pihak kontraktor pembangunan stadion—mengatakan, material yang terbakar adalah bangunan kayu yang akan digunakan untuk penambahan tribune baru di sektor selatan. Dari seluruh bangunan penambahan tribune selatan seluas 10 meter x 180 meter, bagian yang terbakar seluas 10 meter x 40 meter.
Api menghanguskan kayu dan bambu, tetapi tidak menghancurkan bangunan senilai Rp 3,2 miliar itu. Kerusakan parah hanya pada panel penerangan jalan umum yang leleh tidak berfungsi lagi.
Selain itu, lampu penerangan stadion yang ada di sebelah tribune tambahan rusak parah. Kabel PJU yang melingkar di luar stadion, yang diduga sebagai penyebab kebakaran, juga putus hingga potongan kawat tembaganya jatuh.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Lamongan Ajun Komisaris Wahyu Norman Hidayat menyatakan, pemicu kebakaran diduga akibat hubungan pendek arus listrik dari korsleting panel PJU. Ahli diikutsertakan dalam menghitung nilai kerugian. ”Kami akan mintai keterangan pihak terkait selain melakukan olah tempat kejadian perkara,” katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemadam Kebakaran Lamongan Rusdjianto mengemukakan, api berhasil dipadamkan dengan dua unit mobil pemadam. Adapun pembasahan masih dilakukan hingga pukul 07.30.
Sebelumnya satu kios di Pasar Sidoharjo, Lamongan, dan rumah di Kecamatan Deket pada Selasa (9/10/2018) terbakar. Rumah yang terbakar milik Khomsatun (60), warga Dusun Pondok, Desa Rejosari.
Secara terpisah, di Bojonegoro, Jumat (12/10/2018), pukul 06.10, rumah ukuran 12 meter x 10 meter milik Murti (65), warga Dusun Sepat, Desa Megale, Kecamatan Kedungadem, terbakar. Mobil pemadam tiba di lokasi pada pukul 06.22 dan api bisa dipadamkan pukul 06.44.
Korban yang mengalami luka bakar dirawat di Puskesmas Kedungadem. Nilai kerugian sekitar Rp 55 juta. Menurut saksi Rini, api berasal dari tungku untuk memasak yang merambat ke dinding kayu saat ditinggalkan korban keluar.
Sehari sebelumnya, Kamis (11/10/2018), pukul 01.30, gedung perusahaan kayu UD Sumber Lancar milik Suwoto (50), warga Dusun Lemahbang, Desa Margomulyo, Kecamatan Balen, terbakar. Pemadam kebakaran tiba di lokasi pukul 01.50 dan api sudah padam pukul 03.10.
Dalam sehari, yaitu pada Rabu (10/10/2018), terjadi dua kebakaran di Bojonegoro. Kepala Pemadam Kebakaran Bojonegoro Sukirno mengemukakan, alang-alang terbakar di sekitar rumah warga di Jalan Panglima Polim, Gang Bromo, Kelurahan Sumbang. Kebakaran terjadi pukul 17.15 dan padam satu jam kemudian setelah ditangani tim pemadam dengan empat mobil pemadam. Kebakaran dipicu pembakaran sampah yang menjalar ke areal alang-alang.
Kebakaran serupa terjadi di Bronjong, Desa Pejok, Kecamatan Kedungadem, yang nyaris menghanguskan kandang ternak ayam milik Pitoyo. Kebakaran terjadi pukul 16.45 dan dipadamkan pukul 19.33.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro mendata, selama Januari hingga Agustus saja terjadi 179 kebakaran. Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Nadlif Ulfia mengemukakan, selama delapan bulan itu terjadi 25 kebakaran rumah, 5 pasar/toko, 9 gudang, 2 kandang, 2 motor/mobil, 37 kejadian di lahan hutan, dan 3 kejadian kabel listrik.
Di Gresik, selama memasuki musim kemarau terhitung mulai Juni sampai 10 Oktober tercatat ada 285 kejadian kebakaran, pada Juni 41 kejadian, bulan Juli 53 kejadian, Agustus 48 kejadian, dan September 81 kejadian. Pada Oktober selama 11 hari terjadi 30 kebakaran, termasuk alang-alang di Boboh, Menganti Kamis (11/10) dan kebakaran di kompleks proyek pembangunan Gress Mall pada Rabu (10/10/2018).
Kebakaran di kompleks Mal Gresik Kota Baru menghanguskan 16 rumah bedeng dari kayu dan tripleks untuk mes pekerja proyek. Api juga meluluhlantakkan empat warung atau kantin dan lebih dari 20 motor pekerja proyek.
Kepala Pemadam Kebakaran Gresik Eka Prapangastha menuturkan, sumber api berasal dari pembakaran sampah. Api menjalar melalui rumput kering dan ilalang. Kebakaran itu mirip saat kebakaran yang menghanguskan bengkel SMK Negeri Duduksameyan, 2 Oktober lalu.
Kepala Kepolisian Sektor Kebomas Komisaris Ronny Edy Yusuf mengemukakan, menurut sejumlah pekerja dan saksi, sumber api berasal dari tempat pembakaran sampah, lalu merembet ke rumah bedeng. Pihaknya memeriksa pekerja proyek, sekuriti, pemilik warung, dan pelaksana pengerjaan mal untuk mengetahui apakah ada unsur kelalaian atau tidak.
Menurut Manajer Proyek PT Sinar Waringin Adhi Karya Petrus Agus Susanto, pihaknya sudah menyiapkan alat pemadam kebakaran ringan. Tetapi, jumlahnya terbatas dan api lebih cepat merembet ke mes.
Kebakaran di Gresik dalam dua bulan ini juga menghanguskan pabrik kayu di Menganti, pabrik bijih plastik di Driyorejo, juga pabrik sarung tangan di Driyorejo. Masyarakat diimbau tidak membakar sampah sembarangan, tidak membuang puntung sembarangan. Jika keluar rumah, harus dipastikan apakah api di kompor dalam posisi padam. ”Instalasi listrik yang rusak harus diganti,” kata Eka.