Pemkot Surabaya Beri Santunan Pemilik Kendaraan Rusak Saat Bom
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya resmi menyerahkan santunan atas kerusakan kendaraan bermotor kepada tiga perwakilan gereja yang menjadi lokasi bom pada Mei 2018. Santunan bagi pemilik kendaraan, baik roda dua maupun empat, itu bervariasi, dari Rp 300.000 hingga Rp 10 juta, tergantung dari kerusakan kendaraan.
Kendaraan tersebut terutama sepeda motor saat bom bunuh diri terjadi pada Minggu, 13 Mei, di tiga gereja, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Serangan bom dilakukan Dita Oeprianto (48) dan Puji Kuswati (43) yang secara keji melibatkan empat anak mereka.
Keluarga ini menetap di Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Dua putra berinisial YF (18) dan FH (16) meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Puji membawa dua putrinya yang berinisial FS (12) dan FR (9) meledakkan diri di GKI. Dita meledakkan diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Korban warga sipil yang tewas dari seluruh peristiwa bom itu sebanyak 14 orang dan 41 luka-luka.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dalam memberikan bantuan. Keterlambatan ini bukan disengaja, melainkan proses verifikasi sangat detail dan kerja sama Pemkot Surabaya dengan kejaksaan, kepolisian, BPK, Samsat, dan asuransi.
”Verifikasi penting sebagai pedoman untuk menentukan besaran santunan. Jadi, biar hitungan jelas dan tidak ada celah hukum yang dapat merugikan kedua belah pihak di kemudian hari,” ujar Risma di lobi Balai Kota Surabaya, Jumat (5/10/2018).
Wali Kota Risma menyampaikan, santunan yang diberikan kepada korban kerusakan kendaraan bermotor merupakan hasil donasi dari seluruh warga Surabaya.
Lebih lanjut, kejadian bom menyisakan duka seluruh masyarakat Surabaya khususnya mereka yang terkena dampak bom. Oleh karena itu, dirinya berpesan agar warga Surabaya semakin kuat akibat kejadian tersebut. ”Semua yang ada di Surabaya harus lebih baik dan semakin tangguh ke depan,” ujar Risma.
Agar kejadian serupa tidak terulang di ”Kota Pahlawan”, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu mengadakan doa lintas agama secara bersama-sama pada Sabtu (6/10/2018). Tujuannya, lanjut Risma, agar seluruh warga Surabaya diberikan keselamatan, sekaligus mendoakan korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
”Doa dimulai pukul 07.00 WIB, untuk agama Islam diadakan di lobi balai kota, Kristen ada di Gedung Sawunggaling, Hindu di Pura Jagat, Buddha di wihara daerah Dukuh Pakis dan agama Khonghucu.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kota Surabaya Imam Siswandi menjelaskan, wujud bantuan berupa uang yang diserahkan kepada 64 orang sebanyak Rp 226.198.000. Paling banyak dalam bentuk sepeda motor, sisanya mobil.
Menurut Imam, setiap korban akan menerima uang sesuai dengan kerusakan yang dialami. ”Jumlah uang yang diterima mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 10 juta, tergantung jenis kerusakan kendaraan.”
Imam menjelaskan, sebelum menerima santunan berupa uang, korban kerusakan kendaraan terlebih dahulu menyerahkan KTP dan nomor rekening ke pihak Kesra. Sebab, lanjutnya, uang tidak diberikan secara tunai, tetapi ditransfer. ”Cara ini dilakukan atas perintah dari tim yang ikut mengkaji dana bantuan bersama Pemkot Surabaya,” ucapnya.
Untuk mereka yang belum memiliki rekening, Pemkot Surabaya menyediakan jasa pembukaan nomor rekening baru melalui Bank Jatim. ”Kami sediakan dan langsung jadi hari itu juga,” lanjut Imam.
Sementara itu, Niken (25), anggota jemaat GKI Diponegoro yang kendaraan R-2-nya mengalami kerusakan cukup berat akibat bom, mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemkot Surabaya.
Bagi Niken, Pemkot Surabaya sangat peduli dan tidak lupa kepada mereka yang juga terkena dampak bom. ”Puji Tuhan, pemkot sangat merespons dan bertanggung jawab kepada kami semua,” katanya seusai acara penerimaan bantuan.