Pengusaha Wisata Lombok Kembali Pekerjakan Karyawan
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Aktivitas pariwisata di obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, dan tiga gili di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kembali menggeliat. Beberapa hotel dan perusahaan biro perjalanan wisata kembali mempekerjakan karyawan yang sebelumnya dirumahkan sementara akibat gempa beruntun di Lombok pada Juli-Agustus lalu.
”Dua minggu terakhir ini, wisatawan dalam dan luar mulai datang ke Lombok. Makanya, kami panggil lagi karyawan yang dirumahkan sementara untuk bekerja kembali,” kata Affan Ahmad dari Kirana Tours & Travel Mataram di Mataram, Lombok, Kamis (4/10/2018).
Menurut Affan, perusahaannya memiliki 30 pekerja (tour guide dan pengemudi) yang dirumahkan sementara. Dari total pegawai itu, baru delapan orang dipanggil bekerja kembali untuk pertengahan September lalu. Sisanya akan dipekerjakan lagi secara bertahap sejalan dengan pulihnya kondisi industri pariwisata Lombok.
Dalam sebulan terakhir, Affan kebagian 66 tamu (dua bus) yang sebagian besar wisatawan Nusantara, sisanya wisatawan asal Malaysia yang berjumlah rata-rata 10 orang sekali tur. ”Lumayan, dibandingkan awal gempa, Lombok sepi kunjungan,” kata Affan. Sebelum gempa bermagnitudo 7,0, pada Agustus, Affan menyiapkan bus untuk 200 tamu yang akan tur ke Lombok pada September meski akhirnya dibatalkan karena adanya aktivitas gempa susulan.
Yopie, pemilik hotel dan restoran Segara Anak di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kute, Lombok Tengah, sudah mempekerjakan 26 karyawannya. Semula mereka digilir masuk kerja masing-masing tiap minggu. Sistem pergiliran itu dihentikan pertengahan September, menyusul kedatangan para tamu. Saat ini tingkat hunian kamar hotel 50 persen dari total 26 kamar.
Bahkan, pada 14 Oktober kamar hotel itu fully booking, menyusul adanya event paralayang di kawasan itu. Seluruh kamar hotel itu sudah di-blok pada 2 November menyusul kegiatan Lomba Lari Marathon Mandalika atau The Indonesian National Armed Forces Mandalika International Marathon 2018 yang berlangsung pada 4 November.
Sementara Stevy Yasinta, Public Relation Kila Senggigi Hotel, mengatakan, tidak ada karyawan hotel itu, baik karyawan tetap maupun karya kontrak, tetap bekerja. Mereka mengambil cuti saat low season. ”Yang berstatus daily worker belum dipanggil karena mereka membantu pekerjaan waiters dan restoran, khususnya pada masa ramai kunjungan,” ujar Yasinta.
Kondisi obyek wisata Senggigi mulai menggeliat seperti terlihat Rabu sore, beberapa kelompok bule berjemur di bawah matahari di pantai, atau sekadar jalan-jalan menyusuri pesisir, selain duduk ngobrol sambil menikmati minuman di sejumlah kafe di pinggir pantai kawasan wisata itu.
Namun, perkembangan terkini masih jauh dibandingkan tahun lalu, kata Stevy. Terlihat dari tingkat hunian kamar masa sepi kunjungan mencapai 60 persen dari 166 kamar hotel itu tahun lalu. Bulan yang sama tahun ini occupancy sekitar 40 persen. Pertengahan September lalu, ada 17 kamar hotel terisi wisatawan China, dan 10 kamar lainnya dihuni wisatawan Eropa. Tiap kamar terisi dua tamu. Jumlah itu belum termasuk tamu kalangan pemerintahan dan swasta yang datang ke Lombok untuk urusan pemerintahan dan bisnis.
Residen Manajer Hotel Puri Mas Senggigi Dewa Made Wija mengatakan, dari 81 kamar hotel itu, 18 kamar di antaranya terisi tamu, sisanya dalam proses perbaikan. ”Kami tetap menjual kamar kendati suasana kurang nyaman oleh kesibukan para pekerja,” ujarnya. Hotel tetap beroperasi untuk memberi semangat para karyawan hotel (sebanyak 90 orang), dan suasana Senggigi tetap ”hidup”.