MEDAN, KOMPAS – Kota Medan perlu mengembangkan infrastruktur dan fasilitas industri pariwisata pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) agar bisa merambah pasar yang lebih besar. Salah satunya penyediaan ruang pameran atau konvensi seluas 5.000 hingga 10.000 meter persegi. Saat ini yang tersedia baru 2.000 meter persegi.
“Medan sebenarnya sudah cukup baik untuk memfasilitasi penyelenggaraan pertemuan, insentif, dan konvensi. Namun untuk penyelengaraan pameran belum maksimal terutama untuk yang berskala besar karena tidak ada ruangan yang cukup luas,” kata Ketua Tim Percepatan Pengembangan MICE Kementerian Pariwisata Hosea Andreas Runkat, dalam lokakarya bertajuk Percepatan Pengembangan Wisata Mice, di Santika Premiere Dyandra, Medan, Sumatera Utara, Kamis (4/10/2018). Medan berpotensi dikembangkan menjadi destinasi MICE karena punya jaringan penerbangan yang luas, hotel berbintang, dan destinasi wisata yang menarik.
Hosea mengatakan, pengembangan wisata MICE di sejumlah kota merupakan program Kementerian Pariwisata. Wisata MICE bisa menjadi penggerak ekonomi daerah karena mendatangkan peserta yang banyak dengan jumlah uang yang dibelanjakan cukup besar. “Namun, selama ini industri wisata MICE baru berkembang di Bali dan Jakarta,” katanya.
Menurut Hosea, Kementerian Pariwisata akan mengembangkan tujuh kota utama sebagai destinasi wisata MICE yakni Bali, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Lombok. Jakarta dan Bali dinilai sudah cukup mumpuni dari segi fasilitas, tetapi kota lainnya masih perlu pembangunan fasilitas pertemuan dengan kapasitas besar.
Hosea mengatakan, penyelenggaraan pameran di Medan selama ini terkendala tidak adanya ruangan yang cukup luas. Ruang konvensi yang ada di Medan luasnya sekitar 2.000 meter persegi. Padahal, banyak pameran berskala internasional yang memerlukan ruangan dengan luas 5.000 – 10.000 meter persegi.
Menurut Hosea, banyak investor yang mau membangun gedung konvensi besar di Medan, namun terkendala tidak adanya lahan yang memadai di dalam kota. Untuk mengatasi hal tersebut, kata Hosea, perlu kerja sama semua pemangku kepentingan.
“Lahan yang paling memungkinkan adalah milik perkebunan BUMN yang ada di Medan atau di pinggir Kota Medan. Di sekitar Bandara Kualanamu masih tersedia lahan yang cukup luas,” kata Hosea.
Ketua Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Pameran dan Konvensi Indonesia Sumatera Utara H Idham Mahadi mengatakan, selama ini, banyak pameran di Medan terpaksa dilaksanakan di luar ruangan karena tidak ada gedung yang cukup memadai. Jika ada pameran besar yang harus dilaksanakan di Medan, panitia penyelenggara terpaksa menggelarnya di luar ruangan seperti di Lapangan Merdeka atau Lapangan Benteng Medan. Pameran pun biasanya terkendala terutama saat hujan dan panas terik.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan Agus Suriono mengatakan, pengembangan wisata MICE menjadi salah satu prioritas mereka untuk mendatangkan wisatawan ke Medan. Menurut Agus, dari segi ketersediaan hotel berbintang, Kota Medan sudah sangat memadai. Ke depan, mereka akan berfokus untuk membangun gedung konvensi.