SURABAYA, KOMPAS — Sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jawa Timur, mengadakan shalat Gaib berjemaah, Selasa (2/10/2018). Shalat Gaib ini untuk menshalatkan korban meninggal akibat bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Shalat Gaib adalah shalat jenazah yang dilakukan ketika jasad jenazah berada di jarak yang jauh atau jenazah sudah dimakamkan. Shalat Gaib ini diikuti ratusan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) beserta pegawai dan Rektor Unusa Prof Ahmad Jazidie. Kegiatan ini dilakukan seusai shalat Zuhur berjemaah di Tower Unusa.
Selain mengadakan shalat Gaib berjemaah, kata Jazidie, Unusa juga membuka penggalangan dana bagi korban bencana gempa dan tsunami di Sulteng. Mahasiswa dan pegawai yang ingin membantu saudara-saudara di Sulteng yang sedang terkena musibah bisa menyalurkannya lewat program Unusa Peduli Bencana.
”Unusa Peduli Bencana senantiasa dibuka setiap saat karena bencana bisa datang kapan dan di mana saja,” ucapnya.
Untuk saat ini, Unusa masih mengkaji untuk menurunkan relawan medis ke Palu dan Donggala. Sebab, jarak menuju lokasi bencana cukup jauh sehingga harus dipersiapkan dengan matang. ”Saat gempa di Lombok, Unusa juga mengirim tim relawan ke sana,” ujar Jazidie.
Hingga Selasa (2/10/2018) pukul 13.00, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat korban meninggal akibat gempa bumi dan tsunami di Palu, Donggala, dan sejumlah wilayah lain di Sulteng mencapai 1.234 orang.
Selain korban meninggal, ada 799 korban luka yang masih dirawat di sejumlah rumah sakit. Sementara itu, 99 orang dilaporkan hilang serta 152 orang tertimbun. Jumlah pengungsi tercatat mencapai 61.867 orang yang tersebar di 109 lokasi pengungsian.