Kabut Asap di Palangkaraya Semakin Pekat
PALANGKARAYA, KOMPAS - Kabut asap di Palangkaraya semakin pekat. Kualitas udara masuk dalam kategori tidak sehat.
Kabut asap yang menyelimuti Kota Palangkaraya dan beberapa wilayah lain di Kalimantan Tengah semakin pekat. Kebakaran lebih parah karena ada lahan gambut.
Seminggu lalu, kabut asap tipis memasuki sejumlah permukiman di Palangkaraya, seperti Jalan Yos Sudarso Ujung dan sekitarnya. Senin (1/10/2018), seluruh wilayah sudah diselimuti asap kebakaran hutan dan lahan.
Akibatnya, jarak pandang turun jadi 800 meter-1,5 kilometer pada pagi hingga tengah hari. Dua hari sebelumnya, jarak pandang masih 4-5 kilometer.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya, jumlah titik panas di Kalteng 105 titik sejak Minggu (30/9) sampai Senin pagi. Kabupaten Pulang Pisau menjadi kabupaten dengan titik panas terbanyak, 69 titik.
Prakirawan BMKG Palangkaraya, Lian Adriani, menjelaskan, Senin pukul 07.00-10.00 WIB, kualitas udara turun dengan nilai 167 mikrogram per meter kubik. Artinya, kualitas udara masuk dalam kategori tidak sehat.
”Ambang batas konsentrasi polusi udara 150 mikrogram per meter kubik. Lebih dari itu masuk dalam kategori tidak sehat, yang terparah kategori berbahaya,” kata Lian.
Data Pusat Pengendalian Operasi Kebakaran Hutan dan Lahan Kalteng menunjukkan, sebagian besar titik api berada di wilayah fokus kerja restorasi gambut Pemerintah Provinsi Kalteng dan pemerintah pusat. Wilayah itu antara lain Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, dan beberapa wilayah di Daerah Aliran Sungai Barito. Sejak Januari 2018 sampai sekarang, terdapat 1.229 titik panas di Pulang Pisau, 791 titik di Kapuas, dan 469 titik di Barito Selatan, Barito Timur, dan Barito Utara.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng Darliansjah mengatakan, kabut asap di Palangkaraya merupakan kiriman dari Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau. Kebakaran terjadi dalam 2-3 minggu ini.
”Di Palangkaraya ada dua titik yang masih dipadamkan, yakni wilayah Kalampangan dan kompleks Universitas Palangkaraya,” kata Darliansjah.
Darliansjah menjelaskan, pihaknya terus melakukan pemadaman dan patroli kebakaran hutan dan lahan untuk mencegah kebakaran. Selain dari darat, pemadaman juga dilakukan melalui udara dengan bom air.
Operasi dihentikan
Operasi pengeboman air untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan dihentikan per 30 September 2018. Pemerintah mengevaluasi pelaksanaan operasi termasuk masalah dana.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Anshori, Senin di Palembang, menuturkan, pemerintah sedang mengevaluasi penggunaan 10 helikopter untuk pengeboman air, termasuk patroli.
Pemadaman dari udara dengan helikopter dilakukan sejak 9 Maret 2018. Selain untuk pemadaman, helikopter juga digunakan untuk patroli titik api.
Sejak Maret hingga akhir pekan lalu, ujar Anshori, 10 helikopter itu melakukan 1.018 kali penerbangan dengan jumlah pengeboman air 23.184 kali. Volume air yang ditumpahkan ke lahan terbakar 91,4075 juta liter air.
Heli-heli itu memadamkan api antara lain di Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Banyuasin, dan Musi Banyuasin. Pembiayaan didanai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menurut Anshori, helikopter sangat membantu pemadaman di lahan yang tak terjangkau lewat darat. Kini, pemadaman diupayakan hanya dari darat bersama tim terkait seperti Manggala Agni, TNI/Polri, Masyarakat Peduli Api, regu pemadam kebakaran dari sejumlah perusahaan, dan tim BPBD kabupaten/kota. Pada titik api yang tidak terjangkau tim darat, dibuat pembatasan agar api tidak meloncat ke lahan yang lain.
Saat ini potensi kebakaran lahan di Sumsel cukup tinggi. Senin, 34 titik panas terpantau dari satelit Lapan.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo mengatakan, awal musim hujan diperkirakan terjadi pada dasarian I-III November. Bulan Oktober merupakan waktu peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Masa itu ditandai dengan hujan lokal lebat sesaat disertai angin kencang dan petir. (IDO/RAM)