Surabaya Ajak Kota di Dunia Bekerja Sama dan Berkolaborasi
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
NEW YORK, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini khusus diundang Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk menjadi pembicara di forum One Planet Summit yang berlangsung di New York, AS, Kamis (27/9/2018). Di forum dunia yang sangat terbatas itu, Wali Kota Risma merupakan satu-satunya kepala daerah sebagai pembicara karena forum itu dihadiri level presiden atau perdana menteri.
Melalui siaran pers yang diterima Kompas, Kamis malam, di forum yang mengangkat topik perubahan iklim itu, Wali Kota Risma mengajak sejumlah perwakilan negara di dunia untuk bekerja sama dan berkolaborasi mengamankan dunia dari perubahan iklim. Bahkan untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris yang merupakan upaya global dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim di dunia.
”Hanya dengan bekerja sama dapat membuat kemajuan yang signifikan, mengamankan dunia dari perubahan iklim, dan bisa memenuhi tujuan Perjanjian Paris,” begitu Risma memaparkan sembari menambahkan, kongres ini menciptakan ruang untuk berkolaborasi sehingga diharapkan dapat bekerja sama untuk mengatasi tantangan perubahan iklim secara bersama-sama.
Menurut Wali Kota Risma, kolaborasi itu sudah diterapkan di Kota Surabaya untuk menjamin keamanan perubahan iklim di tingkat lokal. Hasilnya, saat ini Kota Surabaya berhasil menurunkan suhunya 2 derajat celsius. Jika sebelumnya suhu udara di Surabaya 34-36 derajat celsius, kini menjadi 32-34 derajat celsius.
Penurunan tingkat suhu udara bisa terjadi karena Pemerintah Kota Surabaya terus berusaha menambah luas hutan kota, termasuk telah membangun 420 taman kota. Hutan kota di Surabaya dengan luas wilayah 350,5 kilometer persegi mencapai 45 hektar hutan kota dan 35 hektar median hijau. Saat ini, paling tidak sudah ada 133 hektar ruang hijau di kota berpenduduk 3 juta jiwa ini.
”Penambahan hutan kota terus dilakukan, karena keuangan Pemkot Surabaya sangat terbatas, untuk itu kami lebih memanfaatkan kekuatan alam dan masyarakat Surabaya, dan inilah kekuatan kami,” ucap Risma.
Penambahan hutan kota terus dilakukan, karena keuangan Pemkot Surabaya sangat terbatas, untuk itu kami lebih memanfaatkan kekuatan alam dan masyarakat Surabaya, dan inilah kekuatan kami.
Wali Kota Risma juga mengatakan memiliki konsep yang sangat populer di Kota Surabaya, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Konsep ini telah membantu mengubah pola pikir warga dan membuat semua orang ingin menjadi bagian dalam membuat Kota Surabaya lebih hijau, lebih bersih, dan lebih sehat.
Salah satu contohnya adalah banyak warga di kampung-kampung Surabaya mendirikan bank sampah di lingkungannya masing-masing. Untuk mengapresiasi itu, Pemkot Surabaya menggelar festival ”bebas dari sampah”. Dalam acara itu, semua peserta mengenakan pakaian dari bahan daur ulang sampah. Warga pun mulai banyak yang mengembangkan usaha dari rumah dengan mengolah sampah, terutama plastik dan kertas, menjadi berbagai produk yang bisa menghasilkan uang.
Untuk terus mengurangi sampah, Surabaya juga telah memiliki Suroboyo Bus sebagai bus pertama yang melakukan pembayaran dengan botol plastik. Cara ini tidak hanya mendorong orang untuk berpindah dari angkutan pribadi ke angkutan umum, tetapi sekaligus membantu upaya pengelolaan sampah dan daur ulang. Melalui pola ini, yakni naik bus dibayar dengan botol plastik, Surabaya dapat mengurangi 10 persen limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) setiap tahun.
Sampah warga Kota Surabaya yang diangkut dan dibuang ke TPA Benowo sebanyak 1.500 hingga 1.700 ton per hari.
Ribuan ton sampah tersebut dibuang ke area terbuka seluas 37,4 hektar. Sampah di TPA Benowo sekarang sudah diolah menjadi energi listrik sebesar 2 megawatt (MW).
Proyek revitalisasi sungai juga dilakukan dengan mengubah daerah kumuh di sepanjang tepi sungai menjadi ruang hijau dan taman tematik untuk mempertahankan fungsi sungai.
Energi listrik juga diperoleh dari pengembangan dan pemanfaatan solar cell serta mengonversi bahan bakar fosil menjadi gas dan menerapkan kebijakan green building.
”Proyek revitalisasi sungai juga dilakukan dengan mengubah daerah kumuh di sepanjang tepi sungai menjadi ruang hijau dan taman tematik untuk mempertahankan fungsi sungai,” kata ibu dua anak ini.
Dengan berbagai upaya itu, saat ini warga Surabaya bisa menikmati pengurangan konsumsi energi, indeks kualitas udara menjadi lebih baik, penurunan tingkat penyakit dan kemiskinan, serta pengurangan banjir yang signifikan.
”Semua keberhasilan merupakan implementasi kebijakan iklim di tingkat lokal, yaitu Kota Surabaya,” ujar Risma yang baru saja terpilih sebagai Presiden United Cities Local Governments Asia-Pacific periode 2018-2020.