Di Tengah Krisis Air, Warga Desa Tlogopucang Gelar "Water Challenge"
Oleh
regina rukmorini
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS- Di tengah kondisi krisis air di musim kemarau, warga Dusun Kartomargomulyo, Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar acara “Water Challenge”. Ini adalahlomba membawa jeriken berisi air dari bak penampungan dari sumber air ke jalan dusun.
Andi Yus Nugroho, dari tim relawan Sapu Angin di Dusun Kartomargomulyo, mengatakan, acara ini diselenggarakan oleh tim relawan bersama warga, dengan tujuan hanya sekedar sebagai sebuah acara santai dan hiburan belaka.
“Ini adalah cara kami untuk tetap bergembira, dan bersenang-senang, di tengah kondisi krisis air yang kita hadapi setiap hari,” ujarnya, Sabtu (22/9/2018).
Tim relawan Sapu Angin adalah tim relawan yang saat ini berupaya membantu warga untuk menyelesaikan masalah krisis air yang membelit warga Desa Tlogopucang selama sekitar 25 tahun terakhir.
Selain itu, menurut dia, acara ini pada akhirnya juga bernilai positif untuk menggalang kebersamaan serta solidaritas antar warga, termasuk warga lain desa, untuk bersama-sama merasakan kondisi kesulitan air bersih seperti yang dialami oleh warga Desa Tlogopucang.
Jumlah peserta Water Challenge mencapai sekitar 50 orang. Selain dari Desa Tlogopucang, sebagian peserta juga ada yang berasal dari desa lain di Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Kedu.
Juara lomba ini dibagi menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Bagi pembawa jeriken air tercepat dari masing-masing kategori disiapkan hadiah berupa ayam jago.
Hadiah ini disiapkan oleh tim relawan Sapu Angin. “Kebetulan dana yang ada hanya cukup untuk beli ayam jago. Kalau ada uang lebih, mungkin lain kali kami siapkan hadiah kambing,” ujar Andi sembari terkekeh.
Jalan yang ditempuh oleh setiap peserta saat membawa jeriken mencapai sekitar 600 meter. Tantangan tersebut tidak mudah karena di tengah perjalanan, jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Semua itu harus dilalui dengan membawa jeriken yang berisi sekitar 25-30 liter air.
Nuranadi (45), salah seorang peserta yang merupakan warga asli Desa Tlogopucang, mengatakan, bahwa sekalipun jeriken adalah beban yang berat, dia mengaku tidak menemui kesulitan untuk mengikuti lomba tersebut.
“Saya bisa karena sudah terbiasa,” ujarnya. Nuranadi adalah peserta wanita pembawa jeriken tercepat yang akhirnya meraih juara I untuk kategori wanita.
Setiap hari, Nuranadi mengatakan, dia bersama dengan dua anaknya membawa 5-10 jeriken air dari bak penampungan ke rumahnya.
Desa Tlogopucang termasuk Dusun Kartomargomulyo di dalamnya, adalah desa yang selalu mengalami krisis air sepanjang tahun. Di desa ini terdapat empat mata air, namun semuanya berada jauh di bawah permukiman, sehingga air sulit dialirkan ke rumah warga.
Oleh karena itu, pada musim kemarau, warga terbiasa membawa air dari bak penampungan air dari mata air, dan pada musim penghujan, mereka biasa mengonsumsi air hujan yang sebelumnya telah ditampung di rumah masing-masing.