Ada 60 Kasus Kebakaran dan 26 Desa Sulit Air di Gresik Saat Kemarau
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·2 menit baca
GRESIK, KOMPAS - Musim kemarau memicu kekeringan yang berdampak pada kesulitan air di sejumlah desa di Gresik, Jawa Timur. Selain itu juga lebih mudah memicu terjadinya kebakaran.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik Tarso Sagito Jumat (21/9/2018) menyebutkan kekeringan saat ini melanda pada 62 dusun di 26 desa di enam kecamatan. Pihaknya menyiapkan bantuan air bersih sebanyak 647 tangki ke wilayah yang kesulitan air bersih.
Sementara sejak 1 Januari hingga 20 September tercatat 238 kasus kebakaran. Khusus Agustus sampai saat ini ada 60 kejadian kebakaran. September ini saja ada tiga pabrik terbakar yakni pabrik kayu di Menganti, pabrik bijih plastik di Driyorejo, terakhir Kamis (20/9/2018) kemarin pabrik kertas karton di Driyorejo.
Jumlah armada mobil pemadam milik Pemkab Gresik ada di wilayah perkotaan sebanyak 6 kendaraan dengan 56 orang petugas. Sementara untuk wilayah selatan di Driyorejo dan di wilayah utara di Dukun masing masing dua unit.
Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto meminta kepada seluruh camat melaporkan kekeringan serta kebutuhan air bersih kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Seluruh OPD serta camat diminta selalu tetap berkoordinasi dengan TNI dan polisi di wilayah masing-masing.
Data yang dilaporkan utamanya terkait kebutuhan air bersih untuk wilayah desa dan dusun, RT, RW hingga jumlah Kepala Keluarga yang terdampak kekeringan. "Berapa sumber air yang bisa dimanfaatkan harus didata,“ ujar Sambari.
Pendataan itu bertujuan untuk mengurangi dampak kekeringan serta penanganan kebakaran akibat kemarau panjang. Ia meminta optimalisasi pengiriman air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan.
BPBD disarankan meminta bantuan ke beberapa perusahaan yang ada di Gresik memenuhi kebutuhan air. PDAM Gresik, sudah siap membantu minimal 20 tangki per hari dan ini bisa lebih. "Bantuan air kepada perusahaan yang dalam bentuk air dalam tangki. Pendistribusiannya harus dikoordinasikan,” ujar Sambari.
Terkait kebakaran, Satuan Polisi Pamong Praja diminta mengoptimalkan armada di kelompok wilayah yaitu selatan (Driyorejo), tengah (Kota) dan utara (Dukun). Sementara Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, diminta memantau harga pangan dan mengendalikan harga pangan, sedang Dinas Pertanian diminta tetap menjaga ketahanan pangan dan meminimalkan dampak kekeringan ini terhadap produksi pangan.
"Kekeringan dikhawatirkan memicu puso dan berkurangnya produksi karena lahan tak bisa ditanami karena kurangnya air," kata Sambari.
Pantuan di lapangan sebagian besar areal pertanian di wilayah Benjeng atau Balongpanggang dan Cerme dibiarkan menganggur tidak ditanami. "Biasanya musim kemarau sawah ditanami semangka, garbis, atau kangkung. Tetapi saat ini tak ditanami apa pun, sebab petani gagal panen. Tanaman pun diserang tikus," kata Asikin Hariyanto warga Balongpanggang