JAYAPURA, KOMPAS- Sebanyak 35 titik api terpantai di Kabupaten Merauke, Papua. Hal ini berdasarkan hasil pantauan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura pada Rabu (19/9/2018).
Berdasarkan data Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura, tingkat kepercayaan deteksi titik api di atas 80 persen di distrik Kimaam, Kurik, Malind, Naukenjerai, Ngguti, Okaba, Sota, Tubang dan Waan.
Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Geofisika dan Klimatologi Wilayah V Jayapura Suroto ketika dikonfirmasi membenarkan temuan itu.
"Kondisi ini disebabkan musim kemarau yang berkepanjangan di Merauke. Sudah dua bulan terakhir tidak turun hujan di sana, " papar Suroto.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Tanah Miring Sulaiman di Merauke saat dihubungi via telepon menuturkan, kondisi yang terjadi di Merauke adalah gejala awal dari fenomena alam El Nino. Temperatur cuaca maksimal bisa mencapai 32 derajat celsius.
"Bertambahnya jumlah titik api di Merauke masih fluktuatif. Kondisi ini tidak separah seperti ratusan titik api di Merauke pada tahun 2015 lalu. Sebab, kondisi ini masih fenomena El Nino yang lemah, " tutur Sulaiman.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam Manderi mengungkapkan, salah satu penyebab adanya titik api di Merauke karena adanya aktivitas pembukaan ladang secara tradisional.
"Warga setempat masih menggunakan cara lama untuk membuka lokasi ladang yang baru. Mereka terlebih dahulu membakar lahan tersebut sebelum dijadikan ladang, " ungkapnya.
Ia pun menyatakan telah menginstruksikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Merauke agar terus memantau perkembangan titik api di sembilan distrik tersebut. Sebab, asap dari titik api tersebut dapat menganggu aktivitas penerbangan dan kesehatan warga setempat.
"Kami akan berkoordinasi dengan aparat TNI dan Polri untuk memberikan sosialisasi bagi warga. Tujuannya agar warga tidak sembarangan membakar lahan terutama saat musim kemarau, " tambahnya.