BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Direktorat Kepolisian Air dan Udara Kepolisian Daerah Lampung kembali menangkap tiga tersangka perompak yang kerap beraksi di perairan timur Lampung. Ketiganya diduga merupakan komplotan perompak yang sudah ditangkap sebelumnya.
Tiga orang yang diringkus, yakni JM (36), SP (48), dan BR (40), warga Kabupaten Lampung Timur, Lampung. ”Ketiga tersangka kami ringkus tanpa ada perlawanan. Sebelumnya, kami mendapat laporan dari para nelayan. Tim gabungan segara melakukan penyelidikan dan pengintaian terhadap para pelaku,” kata Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum Ditpolairud Polda Lampung Ajun Komisaris Besar Doddy F Sanjaya, Rabu (19/9/2019). Para tersangka diringkus di rumahnya masing-masing, Selasa.
Dari tangan ketiga pelaku, petugas menyita barang bukti sebuah perahu cepat yang diduga dipakai untuk melakukan perompakan. Selain itu, polisi juga menemukan sebilah kampak, sebilah golok, dan rajungan sekitar 28 kilogram yang diduga hasil kejahatan.
Sebelumnya, petugas juga telah meringkus tiga tersangka, yakni MY, SD, dan DD. Mereka diduga masih satu komplotan perompak yang kerap memeras nelayan di tengah laut.
Para perompak kerap menyasar nelayan lokal yang sedang mencari rajungan di tengah laut. Sampai saat ini, sudah ada tujuh kapal nelayan yang menjadi korban. Tak hanya mengambil ikan atau rajungan secara paksa, komplotan perompak juga merampas barang berharga hingga makanan.
Mereka beraksi dengan berpura-pura ingin membeli rajungan dari nelayan. Para pelaku kerap memodifikasi kapal dengan mengecat ulang untuk mengelabui korban.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Lampung Timur Bayu Witara berharap aparat menindak tegas komplotan perompak yang telah diringkus. Pasalnya, selain meresahkan nelayan, kejahatan yang mereka lakukan juga menyengsarakan nelayan.
”Perompakan marak terjadi saat cuaca buruk melanda seperti sekarang ini. Ketika hasil tangkapan berkurang, rajungan yang kami dapat pun dirampas,” kata Bayu.
Bayu menambahkan, nelayan juga berharap agar aparat memperketat patroli di titik rawan. Sejumlah lokasi rawan itu, antara lain di wilayah laut dekat hutan Taman Nasional Way Kambas (Lampung Timur), Dente Teladas (Tulang Bawang), dan Sungai Sibur (Ogan Komering Ilir, Sumsel).
Saat ini, katanya, sebagian nelayan di Lampung Timur masih takut melaut karena khawatir diperas di tengah laut. Mereka memilih melaut bersama-sama dalam 3-4 rombongan kapal nelayan dalam satu waktu.
Untuk mengantisipasi hal serupa, nelayan juga membangun jaringan komunikasi melalui telepon genggam. Mereka bertukar informasi jika melihat kapal yang tidak dikenal.
Antisipasi lainnya, nelayan menolak pembeli atau pengepul di tengah laut. Perdagangan ikan dan rajungan hanya dilakukan di tempat pendaratan ikan.