SURABAYA, KOMPAS - Perkumpulan Kesenian Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara Surabaya berencana membuat kartu keanggotaan sekaligus tiket terusan berjangka waktu setahun.
Program itu diyakini akan memastikan keberadaan dana untuk menunjang operasional ludruk dan juga berbagai rencana investasi untuk pengembangan.
"Untuk sementara program itu tertunda sebab kami baru berinvestasi untuk peralatan dan perlengkapan sound," ujar Sekretaris Irama Budaya Sinar Nusantara (IBSN) Meimura, Selasa (18/9/2018), di Surabaya.
Selama ini, pendapatan IBSN ditunjang dari penjualan tiket pementasan di Taman Hiburan Rakyat Surabaya dan donasi. IBSN merupakan satu-satunya ludruk jenis tobong atau pentas rutin di gedung. Ludruk ini pentas setiap Sabtu malam.
Ludruk pernah mengalami masa keemasan ketika ditonton banyak orang. Meludruk bahkan sempat menjadi profesi utama kalangan warga Surabaya di jalur seni tradisi. Namun, seiring waktu, ludruk kehilangan penonton dan sejumlah kelompok gugur.
Meimura mengatakan, dana merupakan hal yang krusial untuk melestarikan ludruk IBSN. Karena tidak ingin selalu bergantung pada donasi, IBSN harus membuat terobosan secara profesional.
"Kartu keanggotaan merupakan rencana solusi yang kami yakini tepat," ujar Meimura.
Menurut rencana, IBSN akan membuat kartu keanggotaan berjangka waktu setahun. Dalam rentang waktu itu, ludruk akan dipentaskan 50 kali. Biaya untuk kartu keanggotaan Rp 100.000 atau setara dengan tiket Rp 2.000 per pementasan.
"Sebenarnya itu terlalu murah, bahkan lebih rendah nilainya dari karcis ke toilet atau parkir sepeda motor," ujar Meimura. Padahal, jika membeli di THR untuk melihat pementasan, tiketnya minimal Rp 15.000.
Meimura mengatakan, tarif kartu keanggotaan yang dianggap terlalu murah bukan berarti linier dengan pandangan seni tradisi ini murahan. Jika ada yang menilai itu berarti tidak patut dan merendahkan karakter dan martabat warga Jatim. Murahnya tarif kartu keanggotaan lebih ingin merangsang rakyat kembali menyukai ludruk. Tanpa masyarakat, seni tradisi jelas akan mati atau punah.