BATU, KOMPAS — Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, menggelar Pameran Besar Seni Rupa 2018. Pameran yang berlangsung pada 15 September-12 Oktober itu berlangsung di Graha Pancasila Balai Kota Among Tani Batu dan Rumah Dinas Wali Kota Batu.
Pameran Besar Seni Rupa (PBSR) merupakan agenda tahunan. Dan pada PBSR kali keenam ini, tema yang diambil adalah ”Panji sebagai Penguat Karakter Bangsa”. Secara keseluruhan ada sekitar 101 karya perupa dari sejumlah daerah di Jawa dan Madura yang dipamerkan, mulai dari lukisan, instalasi, patung, hingga multimedia.
Direktur Jenderal Kesenian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Restu Gunawan, dalam jumpa pers, Sabtu (15/9/2018) sore di Batu, mengatakan, tema Panji diambil karena cerita yang menggambarkan percintaan Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji itu sudah diakui dunia, menjadi memory of the world dari UNESCO pada tahun 2017.
”Kita tahu Panji lahir di Jawa Timur, Kediri tepatnya, kemudian besar di Majapahit dan menyebar di seluruh Asia Tenggara dengan berbagai versi. Dan sekarang sudah diakui dunia. Di dalam cerita Panji luar biasa nilainya,” ujarnya.
Menurut Restu, jika biasanya seniman pertunjukan telah merespons cerita Panji, maka sekarang saatnya para perupa merespons cerita Panji dalam wujud seni rupa. Restu pun mempersilakan siapa saja untuk datang dan menikmati pameran.
Melalui tema ini, menurut Restu, pihaknya berharap penguatan pendidikan karakter berbasis pada pendidikan lokal bisa terus muncul. ”Posisi Panji penting, orang Jawa Timur harus merasa memiliki Panji. Kita sodorkan kepada anak-anak sekolah, mulai dari Batu,” ujarnya.
Sementara itu, 101 orang yang ikut pameran terbagi ke dalam dua pola, yakni undangan sebanyak 76 orang dan open call 24 orang. Jadi, ada 77 orang yang diundang dan 24 seleksi open call. Jika undangan diberikan kepada seniman yang telah mapan atau profesional, open call diperuntukkan bagi mereka yang menuju profesional.
Dengan demikian, menurut Restu, para seniman akan maju bersama. ”Kita ingin memberikan akses seluas-luasnya untuk seniman agar terlibat dalam kasus ini. Karena regenerasi itu menjadi problem kita. Makanya yang belum punya panggung ini penting, perlu dibuatkan panggung melalui mekanisme open call supaya bisa maju bersama,” ucapnya.
Kurator Pameran Djuli Djatiprambudi mengatakan, dibandingkan PBSR tahun-tahun sebelumnya, PBSR 2018 ini memiliki perbedaan. Jika sebelumnya yang dipamerkan merupakan karya perupa wakil dari 34 provinsi di Indonesia, tahun ini memakai format baru, yakni jangkauan kuratornya difokuskan di tempat di mana pameran diselenggarakan. ”Jadi hanya seniman di Jawa dan Madura,” katanya.
Selain pameran, PBSR keenam juga diwarnai dengan dialog budaya Panji, lokakarya seni topeng Panji, serta kunjungan dan sharing ke studio perupa di Batu.
Pemilihan Batu sebagai lokasi PBSR 2018 sendiri disebabkan beberapa hal. Restu menyebut beberapa pertimbangan, antara lain terkait kesiapan Pemerintah Kota Batu dalam merespons kemajuan kebudayaan dan Pemerintah Kota Batu sudah menyelesaikan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Tahun ini sudah ada 101 kota yang menyelesaikan PPKD.